Oleh: Teguh Setiawan
Sebagai negara baru, Bulgaria harus mematuhi peraturan internasional yang diputuskan dalam Kongres Berlin, yaitu menghormati hak-hak minoritas Muslim Turki dan Muslim lainnya.
Orang-orang Turki bisa menjadi anggota parlemen, pengadilan agama Islam tetap berjalan, dan pemerintah Bulgaria mendanai kegiatan keagamaan serta mengaji 12 mufti.
Tahun 1885, pemerintah Bulgaria meloloskan undang-undang otonomi pendidikan bagi minoritas Turki. Sebanyak 1.300 sekolah berbahasa pengantar Turki bebas beroperasi.
Minoritas Turki tidak kehilangan properti dan tanahnya.
Pemerintah Bulgaria menjamin kepemilikan minoritas Turki atas tanah mereka, sesuai perjanjian dengan Kekaisaran Ottoman. Situasi lebih buruk dialami komunitas Turki yang memilih meninggalkan Bulgaria pada saat Kekaisaran Ottoman menarik pasukannya selama saat Perang Turki-Rusia.
Mereka berusaha kembali ke Bulgaria, tapi tidak bisa lagi mendapatkan tanah-tanahnya karena telah dikuasai orang Bulgaria.
Sebagian minoritas Turki dan Pomaks yang tidak ingin, atau tidak bisa, beradaptasi dengan realitas baru meninggalkan Bulgaria. Jumlah mereka yang keluar Bulgaria antara 1878 sampai 1912 kira-kira 350 ribu.
Orang-orang Pomaks di Pegunungan Rhodope, khususnya di kawasan Tumrush, yang paling tidak bisa menerima realitas baru.Mereka mengolak keputusan Kongres Berlin, dan tidak mengizinkan pemerintah baru Bulgaria memasukan wilayah mereka ke dalam Propinsi Rumelia Timur.
Pomaks sempat memproklamirkan ‘Republik Pomaks’ tapi tidak mendapat pengakuan dunia internasional. Pemerintah Bulgaria mencari cara mengatasi masalah ini. Opsi utamanya adalah pendekatan militer, tapi jika dilakukan akan memunculkan perang baru dengan Kekaisaran Ottoman. Akhirnya, Bulgaria dan Ottoman mencapai kesepakatan baru; memasukan Tumrush ke dalam wilayah Turki.
Situasi mengerikan terjadi pada Perang Balkan (1912–1913). Minoritas Turki di Bulgaria berbondong-bondong keluar kawasan bekas Kekaisaran Ottoman yang menjadi bagian Bulgaria. Situasi mengenaskan terjadi di Pegunungan Rhodope. Militer Bulgaria secara simultan memasuki Rhodope dan melakukan kristenisasi paksa terhadap Pomaks, yang dikenal dengan istilah Pokrustvane.
Lebih 150 ribu Pomaks dari sebelah barat, tengah, dan timur Pegunungan Rhodope berusaha dikristenkan oleh aparat pemerintah, Gereja Bulgaria, dan militer. Yang terjadi adalah pembantaian. Mereka yang ‘bersedia’ ganti agama dipaksa menanggalkan nama-nama Turki dan Islam.
Semua itu terhenti setelah kekalahan Bulgaria dalam Perang Balkan, dan Turki memaksa Sofia menandantangani perjanjian untuk meredam situasi di Aegean.