Jumat 07 Mar 2014 11:36 WIB

Kaikhusrau Jahan, Negarawan Ulung dari Bophal (1)

Hajjah Nawab Begum Dame Sultan Kaikhusrau Jahan.
Foto: Nationalgalleries.org
Hajjah Nawab Begum Dame Sultan Kaikhusrau Jahan.

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Prestasi kepemimpinannya terdokumentasikan dengan apik.

Hajjah Nawab Begum Dame Sultan Kaikhusrau Jahan merupakan seorang Ratu yang memimpin Kerajaan Bophal, India, pada 1901-1926. Kaikhusrau lahir pada 9 Juli 1858 di Bophal.

Dia merupakan anak pertama dari Nawab Begum Sultan Shah Jahan dan ayahnya HH Nasir ud Daulah, Nawab Baqi Muhammad Khan Bahadur.

Kaikhusrau naik takhta pada 1901 setelah ibunya wafat. Ibunda Khaikhusrau naik takhta sejak berusia enam tahun, tepatnya pada 1844.

Namun pada 1960, kepemimpinan yang diakui oleh Inggris adalah yang dipimpin oleh neneknya, Sikandar Begum. Saat neneknya wafat 1868, ibunya kembali naik takhta. Kepemimpinan pun dilanjutkan oleh Kaikhusrau Jahan hingga 1926.

Seja menjadi Ratu atau Begum dalam Bahasa India, Kaikhusrau membawa pembaruan besar dibandingkan kepemimpinan ibu dan neneknya. Dia banyak mendirikan lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan tersebut merupakan pendidikan dasar yang khusus bagi anak perempuan tanpa dipungut biaya. Dia memulai pembangunan lembaga pendidikan sejak 1918.

Guna memajukan pendidikan, Kaikhusrau juga membangun institut teknik dan terus meningkatkan jumlah guru yang berkualitas. Sejak 1920, dia mendirikan Universitas Aligarh Muslim. Dia didaulat sebagai kanselir wanita satu-satunya atau rektor kehormatan di universitas yang sama.

Selain menjadi pionir dalam dunia pendidikan, Kaikhusrau juga mereformasi perpajakan, tentara, polisi, pengadilan, dan penjara. Pada bidang pertanian, dia ikut andil dalam memperluas daerah pertanian dan membangun irigasi yang lebih luas.

Dia juga membentuk departemen pekerjaan umum di setiap negara bagian untuk mengawasi kegiatan pembangunan. Selain itu, di bidang pemerintahan, dia memiliki inisiatif untuk membentuk Dewan Negara Eksekutif dan Legislatif pada 1922.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement