Sabtu 08 Mar 2014 20:55 WIB

Pekerja Asal Taiwan di Australia Mengaku Dibayar Rendah

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Serikat pekerja daging Australia mengemukakan bahwa ada ribuan pekerja Taiwan yang bekerja di rumah jagal Australia yang tidak membayar pajak. Bahkan, mereka dipaksa bekerja dengan bayaran rendah dan didorong untuk tidak membayar pajak. Mereka juga mengaku dilecehkan.

Para pekerja muda ini bekerja dengan menggunakan visa working holiday di perusahaan-perusahaan besar Australia, seperti Primo, dan dipekerjakan melalui agen-agen khusus.

Menurut Serikat Pekerja Industri Daging Australasia, mereka diperdaya dan juga menggantikan banyak pekerja-pekerja lokal.

Primo menolak tuduhan bahwa pekerja-pekerja asing tersebut disuruh tak membayar pajak.

Robert Baker, yang telah bekerja di industri daging selama 20 tahun, berkata Ia mengkhawatirkan keadaan mantan rekan-rekan kerjanya yang berasal dari Taiwan.

Ia sempat bekerja selama tiga bulan di  sebuah tempat pemrosesan daging milik Primo di kota Scone, New South Wales, namun berhenti karena alasan keselamatan.

Menurut ceritanya, tempat tersebut banyak mempekerjakan orang asing, dan para pekerja asing tersebut dibayar rendah, bahkan diperlakukan tak baik.

Menurut serikat pekerja daging, Primo menggunakan perusahaan khusus untuk mempekerjakan backpacker Asia. Salah satunya adalah Scottwell International, yang merekrut banyak pekerja muda Taiwan melalui berbagai perusahaan perekrutan pekerja.

Ian Tam dipekerjakan oleh serikat sebagai petugas penghubung Taiwan. Ia menyamar sebagai orang yang mencari pekerjaan melalui Scottwell.

Menurut Tam, para backpacker didorong untuk tidak membayar pajak, dengan cara menggunakan nomor bisnis Australia (ABN). 

"Saya [berpura-pura] menjadi backpacker pencari kerja. Saya diberi formulir, diwawancara sebentar dan ditanya 'bisa kerja sekarang?' Mereka akan beri banyak formulir, termasuk formulir ABN. Bila ditanya 'bagaimana dengan nomor pembayar pajak? Mereka bilang 'Tidak usah pikirkan itu - kamu tak harus bayar pajak. Kamu bisa mendapat uang dengan ABN," ceritanya,

"Kalau [tidak] menandatanganani dokumen tersebut, anda tak akan mendapat pekerjaan itu."

Direktur Scottwell, Scott Zu Neng Shi, tidak dapat berbicara dengan ABC, dan Primo menolak pernyataan bahwa para pekerjanya didorong agar tak membayar pajak. Selain itu, Primo mengaku tidak mempekerjakan seorang di bawah visa working holiday (417).

Sementari itu, lebih dari 75 pekerja tempat pemrosesan daging di Scone telah menandatangani petisi yang menuduh seorang supervisor rumah jagal melakukan pelecehan seksual.

Dalam petisi tersebut dinyatakan bahwa "Ia menyentuh bagian tuhun seperti tangan, bahu, pinggang, muka, dan mana saja. Itu membuat kami merasa tak nyaman dan menjijikkan karena Ia supervisor dan agen kami, kami takut mengatakan apapun karena takut kehilangan pekerjaan kami."

Menurut Tan, para pekerja mengaku supervisor tersebut melecehkan mereka tiap hari.

Primo merilis pernyataan bahwa mereka akan menanggapi secara serius laporan apapun tentang pelecehan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement