REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina menuduh Rusia menumpuk pasukan militer secara besar-besaran di dekat perbatasan kedua negara, Rabu (12/3) waktu setempat. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran adanya invasi.
Sekretaris Keamanan Nasional dan Dewan Pertahanan Ukraina, Andriy Parubiy mengatakan Rusia menempatkan lebih dari 80 ribu tentara, 270 tank dan 140 pesawat tempur di dekat perbatasan. ''Ini bisa untuk invasi besar-besaran dari segala arah,'' kata dia seperti dikutip AP.
Parubiy mengatakan tentara Rusia yang berbasis di perbatasan hanya dua hingga jam perjalanan dari Kiev. Ia juga mengatakan Rusia mencoba merebut gedung-gedung pemerintah di wilayah timur Ukraina dan menuntut referendum di sana.
Namun kisruh tersebut digagalkan lembaga penegak hukum Ukraina. Dituduh sedemikian rupa, Rusia membantah.
Wakil Menteri Pertahanan Anatoly Antonov mengaku tidak melakukan penumpukan pasukan. ''Kami tidak melakukan itu di hampir 2 ribu kilometer perbatasan,'' katanya di Moskow. Antonov malah mengatakan ia telah menerima laporan pada Selasa bahwa Ukraina mengirimkan penerbangan mengintai dari atas wilayah Rusia.
Ia menegaskan Rusia tidak melakukan kegiatan militer di dekat perbatasan Ukraina yang bisa mengancam keamanan. Pasukan Rusia mengkleim mereka telah mengamankan wilayah Crimea dari krisis politik akibat penggulingan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych.
Crimea telah menjadi wilayah panas yang 'diperebutkan' Ukraina dan Rusia. Di wilayah perbatasan ini, Rusia mengembangkan basis Armada Laut Hitam yang menjadi pusat ketegangan baru di Ukraina.