Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Kehidupan sesudah mati yang biasa diistilahkan secara umum dengan 'reinkarnasi,' diisyaratkan kemungkinannya di dalam ayat-ayat tersebut di atas. Dengan demikian, kita dimungkinkan untuk melakukan “reinkarnasi” suasana batin yang sudah “mati”.
Dalam Alquran juga diisyaratkan kemungkinan kematian kalbu mendahului kematian jasad. Kematian kalbu diistilahkan dengan hati yang terkunci mati, sebagaimana disebutkan dalam ayat: “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan, bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS al-Baqarah [2]:7).
Sebelum kematian kalbu, biasanya diawali dengan tumbuhnya penyakit kalbu, sebagaimana dinyatakan dalam ayat: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS al-Baqarah [2]:10).
Tahajud
Tahajud adalah media utama para salik menuju puncak maqam. Orang-orang yang mampu kembali ke fitrahnya secara utuh, apalagi sudah meraih predikat bertakwa, dan terus dilanjutkan dengan olah spiritual secara konsisten, maka yang bersangkutan sudah mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya kapan saja dan di mana saja ia akan menemui dan menjumpai Tuhannya.
Apakah di dalam shalat atau di luar shalat, di tempat sepi atau tempat ramai, ia dapat merasakan perjumpaan dengan Tuhannya. Puncak-puncak perjumpaan (liqa') atau penyatuan mistik (ittihad/mystical union) sudah merupakan puncak pencarian para pencari Tuhan (salikin).
Sebelum sampai ke puncak ini, sering kali diawali dengan apa yang disebut dalam istilah tasawuf dengan fana', yaitu perasaan hancur atau hilangnya diri sendiri (disappear, perish, annihilate). Begitu dalamnya penghayatan seorang hamba terhadap Tuhannya, sehingga ia seperti dirinya hancur, hilang, dan lebur di dalam diri-Nya.
Penghancuran dan perasaan lenyapnya diri tersedot masuk ke dalam 'diri Tuhan' sering kali diiringi oleh suasana batin yang disebut dengan baqa', yakni suasana keabadian batin yang merasa terus hidup (remain, persevere). Ibarat sebuah mata uang yang memiliki dua sisi; fana' dan baqa' merasuk ke dalam diri seseorang.