Rabu 09 Apr 2014 15:35 WIB

KH AR Fachruddin, Ulama Sederhana dan Bersahaja (2-habis)

KH AR Fachruddin.
Foto: Itoday.com
KH AR Fachruddin.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih      

AR kemudian dikirim ke Sumatra Selatan untuk mengembangkan gerakan dakwah Muhammadiyah. Di sana, ia mengabdikan dirinya untuk mengajar di daerah terpencil selama 10 tahun di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Ketika kembali ke Yogyakarta, ia tak pernah memadamkan semangatnya untuk berdakwah dalam Muhammadiyah. Pada 1944 ia mengajar di sekolah Darul Ulum dan menjadi anggota pengurus Muhammadiyah Sewugalur.

Di sinilah pengalaman organisasinya dimulai. Dalam mempertahankan kemerdekaan, AR juga bergabung di Barisan Keamanan Rakyat (BKR) di tingkat kecamatan.

Ia kemudian menjadi pegawai jawatan agama dan pindah ke Kauman, Kota Yogyakarta. Pada 1952, ia berhasil duduk sebagai pimpinan Muhammadiyah Kotamadya Yogyakarta. Dan pada tahun selanjutnya ia menjadi ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 1956 hingga 1965 ia menjadi anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Kiprahnya sebagai orang nomor satu di Muhammadiyah dimulai pada 1968. Pada tahun itu sebenarnya yang terpilih menjadi ketua adalah Faqih Usman. Sayangnya, dia meninggal dunia dan AR menggantikannya. Di setiap muktamar yang diselenggarakan Muhammadiyah, ia terus didaulat menjadi ketua hingga 1990.

Perjuangan panjang dan pengabdiannya pada dakwah Islam telah dilaluinya. Ia telah banyak makan asam garam dalam melakukan dakwah di tempat terpencil yang jauh dari sarana dan prasarana yang lengkap. Suka duka dan kesulitan yang telah dialaminya membuatnya menjadi seorang pemimpin yang arif, karena pernah merasakan menjadi orang yang berada di bawah.

Kesehariannya, AR selalu bersahaja dan memberikan contoh hidup sederhana. Tinggal di pusat kota dengan rumah dinas dan motor bututnya, membuat banyak orang yang tak menyangka ia adalah orang penting yang sangat berjasa bagi negeri ini.

Ia juga selalu ramah dan menyapa siapa saja, juga menjalin hubungan baik bahkan dengan masyarakat non-Muslim. Ia tidak pernah menyebarkan sikap dan suasana saling membenci pada agama lain.

Setiap yang mendengarkan dakwahnya, pasti merasakan kesejukan dalam hatinya. Dakwahnya selalu berisi dan cerdas. Banyak diselingi humor dan bisa menyampaikan kritik dengan halus namun tepat pada sasaran.

Selain sikapnya yang bersahaja, kecerdasan AR Fachruddin juga menelurkan berbagai karya yang dibukukan dan dijadikan pedoman. Di antaranya, tulisan tentang pemikirannya pada kehidupan Islam masyarakat Jawa, seperti Naskah Kesyukuran, Naskah Enthengan, Kembali kepada Alquran dan Hadis, Khutbah Nikah dan Terjemahannya, serta banyak lagi tulisan lainnya tentang dakwah Islam dan Muhammadiyah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement