REPUBLIKA.CO.ID, Sumbangsih lembaga filantropi Islam di Tanah Air tak hanya berupa donasi dan pemberdayaan sosial, tetapi juga mobilisasi relawan untuk terjun membantu korban bencana alam di berbagai daerah, bahkan hingga ke luar negeri.
“Relawan ini bekerja dengan penuh keikhlasan,” kata pengamat filantropi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DR Amelia Fauzia. Berikut lanjutan petikan wawancaranya dengan wartawan Republika, Erdy Nasrul:
Apa fokus lembaga filantropi saat ini?
Saat ini, lembaga filantropi fokus mengelola dana dan kedermawanan masyarakat. Dan ingat, yang menjadi fokus lembaga ini bukan hanya dana, melainkan juga waktu. Ingat, relawan-relawan itu menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami impitan.
Relawan dokter, misalkan, akan mengobati korban bencana alam atau korban konflik horizontal. Ini memakan waktu yang banyak. Relawan dokter rela mengorbankan waktunya demi hal-hal semacam ini.
Relawan ini tidak mudah mendapatkannya. Mereka memiliki jaringan tersendiri. Mereka memiliki kesibukan di tempat lain. Namun, ketulusan hati membuat mereka mau menjadi relawan. Di sinilah saya menekankan lembaga filantropi harus serius. Mereka harus fokus kepada kepentingan publik.
Apa tantangan terberat ke depan?
Saya melihat yang paling sulit adalah mendapatkan kepercayaan publik. Masyarakat belum tentu mau memberikan dananya kepada lembaga filantropi. Di sini lembaga filantropi harus bisa meyakinkan masyarakat untuk menitipkan hartanya kepada lembaga filantropi.
Kemudian, dana masyarakat dikelola dengan baik. Bisa dalam bentuk penanggulangan bencana, membantu masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Intinya, bagaimana mengelola dana-dana tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Jika sudah bertanggung jawab, nantinya lembaga filantropi akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Mereka nantinya akan lebih memercayai lembaga filantropi sebagai penampung amal jariyah.