REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Senin (21/4) waktu setempat menuduh akan ada peluncuran senjata kimia baru di Suriah pada bulan ini. AS menduga peluncuran itu dilakukan beberapa minggu sebelum pemilihan presiden Suriah 3 Juni mendatang.
Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan mereka memiliki indikasi penggunaan racun kimia sejenis klorin di daerah oposisi, desa Kafr Zita. ''Kami memeriksa dan menduga pemerintah ikut bertanggung jawab,'' kata Carney, dikutip dari AFP.
Tuduhan tersebut datang setelah pernyataan Presiden Prancis Francois Hollande tentang hal yang sama. Prancis mengaku mendapat informasi tersebut tapi tak memiliki bukti bahwa rezim Presiden Bashar Al Assad masih menggunakan senjata kimia. Awal April lalu, serangan yang melibatkan pemerintah dan oposisi di Kafr Zita pusat provinsi Hama disinyalir menggunakan senjata kimia juga.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan mereka akan menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi di sana. ''Kita bekerja sama dengan beberapa rekan untuk menemukan fakta yang sebenarnya,'' kata Psaki.
Tuduhan juga datang dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia dan beberapa ahli anti senjata kimia rezim Assad. Mereka mengatakan pekan lalu, senjata kimia yang dihapuskan dari Suriah baru 65 persen. Jumlah itu sebagian besar, termasuk yang paling bahaya, telah dikirim ke kapal angkatan laut AS untuk dihancurkan di laut.
Sementara itu pada Senin (21/4) kemarin Assad mengumumkan Suriah akan menggelar pemilihan presiden pada 3 Juni. Carney mengejek hal tersebut sebagai parodi demokrasi untuk memperoleh kembali kekuasaan. Menurutnya, seharusnya Assad lebih memikirkan perang sipil Suriah yang telah menewaskan lebih dari 150 ribu orang sejak Maret 2011.