REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan produksi logam emas pada 2014 mencapai 87 ton atau meningkat 47,5 persen dibandingkan 2013 sebesar 59 ton. Direktur Mineral Kementerian ESDM Dede Suhendra di Jakarta, Rabu (30/4), mengatakan dalam 10 tahun terakhir produksi emas mengalami fluktuasi. "Tahun ini, rencana produksi emas sekitar 87 ton," katanya.
Menurut dia, puncak produksi emas dalam 10 tahun terakhir terjadi pada 2005 yakni 143 ton. Secara berturut-turut, sejak 2004, produksi emas mencapai 93 ton, 2005 sebesar 143 ton, lalu 2006 mencapai 85 ton, dan 2007 118 ton. Selanjutnya, pada 2008 sebesar 64 ton, 2009 104 ton, 2010 104 ton, 2011 76 ton, 2012 75 ton, dan 2013 mencapai 59 ton.
Sementara, Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat cadangan logam emas per 2013 mencapai 2.773 ton dengan bijih 3,2 juta ton. Untuk sumber daya emas tercatat 7.215 ton untuk logamnya dan 7,7 juta ton untuk bijih.
Dede melanjutkan, produksi timah pada 2014 diproyeksikan 88 ribu ton atau sama dengan 2013. Lalu, produksi tembaga ditargetkan 640 ribu ton atau meningkat dibandingkan 2013 sebesar 450 ribu ton.
Sementara, untuk produksi bijih nikel, bijih bauksit, bijih besi, dan pasir besi diproyeksikan turun drastis menyusul penerapan pelarangan ekspor sesuai UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mulai 12 Januari 2014.
Produksi bijih nikel pada 2014 direncanakan hanya 3,5 juta ton atau turun jauh dibandingkan 2013 yang mencapai 60 juta ton. Untuk bauksit, produksi ditargetkan hanya satu juta ton, sementara 2013 sebesar 56 juta ton, serta bijih besi dan pasir besi direncanakan hanya tujuh juta ton atau turun dibandingkan 2013 yang 19 juta ton.