Selasa 06 May 2014 18:43 WIB

Pemerintah: Kasus Suspect MERS CoV di Medan Terbukti Negatif

Belum dipastikan, apakah proses penularan MERS Coronavirus dari terjadi dari unta ke manusia atau antarmanusia. (Ilustrasi)
Foto: VOA
Belum dipastikan, apakah proses penularan MERS Coronavirus dari terjadi dari unta ke manusia atau antarmanusia. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada penderita Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) di Indonesia. Kasus yang terjadi di Medan baru sebatas suspect flu Arab dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil negatif.

"Syarat suspect itu memenuhi dua kriteria yaitu  seseorang menderita gejalanya dan memang baru berkunjung ke negara tempat penyakit tersebut. Tapi suspect belum tentu penderita dan pasien di Medan ini tes laboratorium menunjukkan negatif," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji dari Kementerian Kesehatan, Dr dr Fidiansjah, SpKJ, MPH, seusai rapat konsultasi yang juga dihadiri Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Anggito Abimanyu, dan Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah, Selasa (6/5).

Fidiansjah menyebutkan, virus juga mengalami mutasi dan terjangkit di lokasi berbeda-beda. "Sebelumnya ada flu Hong kong, dan sekarang di Timur Tengah. Ini terkait lokasi, jadi mohon tidak dikaitkan dengan hal-hal lain," ujar dia. 

Fidiansjah kembali mengingatkan agar jamaah haji dan umrah menjaga perilaku sehat, makan makanan bergizi, dan tidak membeli makanan sembarangan. Jika diperlukan, jamaah dapat mengonsumsi vitamin C dosis tinggi atau multivitamin.

"Namun, jika komposiai gizi makanan sudah seimbang, semua vitamin itu sudah terpenuhi," ujar dia sambil menambahkan, virus tidak akan menyerang orang yang daya tahan tubuhnya kuat.

Vaksin flu Arab ini memang belum ditemukan. Bahkan flu burung dengan tingkat kematian pasien 80 persen saja masih belum ditemukan vaksinya. 

Sedangkan proses penularannya pun masih diduga-duga, belum dipastikan apakah dari unta ke manusia atau antarmanusia. Lagi-lagi, kata Fidiansjah, pencegahan tetap yang terbaik termasuk tidak mendekati orang yang terpapar penyakit dan menghindari ke peternakan unta atau pemotongan hewan. 

Langkah antisipatif itu, kata Fidiansjah, bagian dari perlindungan negara terhadap warganya. "Jangan sampai pada masa inkubasi malah menularkan," ujar dia.

Namun, Fidiansjah optimistis dengan langkah antisipatif pemerintah. "Kita punya pengalaman dengan flu burung, maka bisa dikatakan kita lebih siap. Kita tidak bermaksud takabur, kita tetap waspada, Namun, jangan membuat panik," tegas dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement