Sabtu 21 Jun 2014 11:26 WIB

Ali Farqu Thoha, Dai Senduro, Lumajang Jawa Timur Dakwah dalam Gigitan Puncak Senduro (3)

Dzikir kepada Allah (ilustrasi)
Foto: blog.science.gc.ca
Dzikir kepada Allah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJAJANG --  “Kalau di Hindu masuk Pura pake sandal. Tapi, di Islam masuk masjid harus dilepas,” tutur Karyo Slamet, mualaf Senduro yang dulunya beragama Hindu.

 

Karyo juga tertarik konsep kebersihan Islam dalam hal sunat ata khitan. Dalam Islam, laki-laki harus dikhitan. Dia menggambarkan seperti pisang: “Biar rasanya lebih enak, kan harus dikoncei kulite,” ujarnya sambil tersenyum malu.

 

Islam juga dirasakan membuat hati lebih damai dan bahagia. Hal serupa dialami Sukari. Mantan tokoh Hindu ini sebelum masuk Islam, selalu merasa tidak tenang. Tapi, usai masuk Islam, hidupnya bisa lebih tenang dan bahagia. “Entah kenapa. Setelah masuk Islam, hidup ini lebih bahagia,” ucapnya. Nampaknya, hal senanda juga banyak dialami orang Hindu lainnya. Karena itu, dari waktu ke waktu, satu persatu dari mereka banyak yang memeluk Islam. Hingga angka mualaf menjadi kian naik drastis.

 

Diancam Dibunuh

 

Hal tersebut nampaknya menjadi ancaman sejumlah pihak. Mungkin saja, mereka takut jika Islam berkembang pesat di sana . Karena itu, Ali pun mulai mendapat teror. Suatu saat, Ali mendapat pesan singkat (sms) bernada ancaman dari orang tak dikenal. Sms tersebut berbunyi: “Hentikan dakwah Islam di Senduro jika tidak ingin istrimu menjadi janda dan anakmu menjadi yatim.”

 

Tidak cuma sekali, menurut Ali sms seperti itu hampir setiap hari masuk di layar ponselnya. Takut? Ternyata, Ali tidak gentar sedikit pun. Dengan tegas dia katakan: “Barang siapa yang menolong agama Allah. Maka dia akan ditolong Allah.” Benar saja, ternyata sms tersebut tidak terjadi. Dia dan keluarganya masih sehat dan utuh.

 

Tidak itu saja. Pernah, ketika selepas pulang dakwah dari dusun Bakalan bersama Sutomo dihadang 70 orang tak dikenal. Tampang mereka sangar. Mirip preman bayaran. “Ali, hentikan dakwahmu! Jika tidak, lihat saja apa yang akan terjadi nanti,” teriak salah seorang dari mereka.

 

Ketika itu, jam menunjukkan pukul 22.00 malam. Gelap gulita. Tak ada seorang pun selain mereka. Jadi, seandainya terjadi sesuatu pasti tidak akan ada yang menolong. Ali hanya terdiam dan berdoa. Tapi, hal itu tak membuat mereka berhenti berteriak. Justru makin berani. Tiba-tiba, tak dinyana, Sutomo bertakbir:“Allahu Akbar.” Aneh, entah kenapa tiba-tiba 70 pria sangar itu lari tunggang langgang setelah mendengar takbir pria yang buta penglihatannya itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement