REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Ramadhan di Swedia tahun ini bertepatan dengan musim panas panjang. Hal itu memengaruhi fenomena terbenamnya matahari.
Bahkan, terdapat beberapa kota di utara Swedia yang tersinar matahari selama 24 jam. Ulama setempat pun membuat panduan berpuasa khusus bagi umat Islam di negara itu yang menghadapi kondisi cuaca seperti ini.
“Ketika di Swedia tidak memiliki jumlah Muslim yang banyak maka hal di atas bukanlah masalah besar. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir kondisi ini menyebabkan masalah,” ujar Imam Mahmoud Khalfi dari Asosiasi Islam, seperti yang dikutip OnIslam.
“Muncul beragam pertanyaan tentang bagaiman menjalankannya. Apakah kita harus mengikuti Makkah atau berpuasa sepanjang hari yang terus terang baik malam maupun siang,” ujarnya menambahkan.
Awal Ramadhan di Swedia telah ditetapkan pada Sabtu (28/6). Berpuasa pada musim panas menjadi tantangan tersendiri bagi Muslim setempat.
Di Kiruna, salah satu Kota Swedia bagian utara, warga tidak akan pernah melihat terbenamnya matahari ketika musim panas sepanjang Juni hingga Juli.
Dewan Eropa untuk Fatwa dan Penelitian telah menerbitkan buku panduan yang baru terkait periode puasa umat Islam di Swedia, khususnya di bagian utara.
Dalam panduan itu diperbolehkan untuk mengikuti arah matahari di Stockholm atau di Malmo atau juga mengikuti jam terbenam matahari terakhir pada 1 Mei. Karena, ketika itu senja matahari benar-benar terbenam.
Muslim di Västerbotten, Swedia bagian utara, berpuasa dari pukul 03.11 pagi dan berbuka pada 21.03 waktu setempat. Tetapi, panduan yang diterbitkan Dewan Eropa untuk Fatwa dan Penelitian tidak sepenuhnya diperuntukkan untuk Muslim di Swedia.
“Tahun depan, kami berharap agar ada solusi yang seragam.” kata Khalfi. Diperkirakan, terdapat 200 ribu umat Muslim di Swedia. Tapi, menurut Islamic Centre setempat, terdapat 350 ribu umat Muslim yang berdiam di Swedia.
Di Inggris, mantan imam Islamic Centre London Syeikh Hamid Khalifa mengungkapkan, Muslim di negara itu akan berpuasa selama 19 jam.