REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada dasarnya setiap agama memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaannya terletak pada konsep, teori dan hakikat tentang keyakinan. Persamaannya terletak pada kemanusiaan.
“Kita menghargai keyakinan yang berbeda. tapi kita cari yang sama juga, yaitu kemanusiaan,” kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat dalam tausiahnya pada acara buka bersama yang diselnggarakan Indonesian Association for Religion and Culture (IARC), Ahad (6/7).
Ia juga mengatakan, Alquran mengakui keberagaman yang berbeda termaktub pada surah al-Kafirun ayat 6.
Istilah puasa dikenal dalam berbagai agama. Dalam Islam, kata Komaruddin, puasa diambil dari bahasa arab yaitu imsak. Imsak berarti menahan diri. Menahan diri dari ucapan, nafsu, dan pikiran. Puasa bertujuan agar tumbuh spiritual dalam diri manusia.
“Puasa menahan diri dan memberikan ruang pada diri agar sprititual mention dalam diri tumbuh,” katanya.
Lebih jauh ia menerangkan tentang pesan puasa. Puasa mengajak manusia untuk menahan diri dari dorongan-dorongan yang bersifat fisik. Sehingga, jika pesan puasa menumbuhkan moral otonomi dalam diri. Yaitu, pengendalian diri atas hawa nafsu.
Moral otonomi menumbuhkan sikap ikhlas. Ikhlas berasal dari dalam diri. Ikhlas menjalankan sesuatu dengan mendengar hatinya. “Orang yang kuat adalah orang yang menahan diri dari kekuatan fisiknya,” ia mengakhiri.