Sulitnya Puasa Muslim Malawi

Rep: Hilyatun Nishlah/ Red: Chairul Akhmad

Sabtu 12 Jul 2014 13:45 WIB

Muslim di Malawi. Foto: Malawivoice.com Muslim di Malawi.

REPUBLIKA.CO.ID,  LILONGWE — Ramadhan mengajar Muslim untuk saling berbagi. Yakni, membantu mereka yang mengalami kesulitan.

Seperti halnya yang dilakukan komunitas Muslim Malawi, negara di Afrika bagian Selatan. Komunitas Muslim menggelar program berbagi di tengah sulitnya kondisi perekonomian negara itu. Program khusus ditujukan bagi umat Islam yang tak mampu. 

“Selama beberapa bulan ini, semua warga Malawi terlepas dari afiliasi agama mereka, tengah mengalami kesulitan akibat kondisi perekonomian yang memburuk di negara itu,” kata Syekh Abdu Razak Fattani, Ketua Badan Bantuan Islam (IRA), seperti dikabarkan Onislam. 

 

Menurutnya, baik Muslim maupun non-Muslim berada dalam kondisi terjepit. Kondisi itu memaksa banyak di antara mereka menjadi lebih dari sekeadar menjadi pengemis.  “Situasi seperti inilah yang mencerabut semua harga diri mereka,” ujarnya menambahkan.  

 

Oleh karena itu, dengan latar belakang ini IRA sebagai bagian dari komunitas Muslim di Malawi mendedikasikan bulan suci Ramadhan untuk melayani orang tidak mampu. Setidaknya, bantuan yang diberikan dapat mengurangi penderitaan.  

 

Pada tahun ini Malawi menetapkan 29 Juni sebagai awal Ramadhan. Masa-masa sulit untuk dapat berpuasa. Fattani menilai bagaimana mungkin Muslim yang berkecukupan bisa berpuasa dengan tenang bila saudara mereka untuk memenuhi santapan berbuka saja tidak sanggup.  

 

“Oleh karena itu, melalui kampanye berbagi dengan si miskin. Kita mampu membuat senyuman di wajah mereka. Selain itu, Ramadhan merupakan waktu yang paling berharga untuk melakukan hal itu,” katanya. 

 

Fattani menambahkan, setiap Muslim sama di hadapan Allah.  Ia berharap agar semua Muslim yang memiliki kelebihan materi dapat membantu orang-orang miskin selama Ramadhan. Menurut Fattani, program Ramadhan yang mereka gelar tahun ini bertemakan “Puasa: Pilar ketiga Islam.” 

 

“Kita harus berusaha mengumpulkan dana untuk menjangkau mereka yang kesulitan perekonomian. Situasi seperti itu sangat tidak menyenangkan untuk dilihat. Hal ini merupakan masalah jiwa,” katanya menambahkan. 

 

Fattani mengungkapkan berpuasa merupakan salah satu cara untuk memahami dan merasakan kepedihan rakyat miskin. Ramadhan merupakan bulan yang meningkatkan persaudaraan dan juga memberikan manfaat kesehatan. 

 

Esa Arab, CEO Perusahaan Unggul Daging Halal, mengatakan, pihaknya telah mendistribusikan bahan makanan di seluruh negeri kepada yang membutuhkan sepanjang bulan Ramadhan. 

 

“Setiap tahun, kita menjangkau semua Muslim yang membutuhkan dan mendistribusikan bahan makanan tersebut kepada saudara-saudari yang membutuhkan.”

 

Ia berharap dengan cara itu dapat membantu meringankan penderitaan sesama Muslim. Ramadhan merupakan waktu kita untuk menunjukkan kasih kepada orang lain melalui pemberian. 

 

Menurut Esa Arab, kemiskinan telah menjadi endemik di Malawi dan itu telah diperburuk dengan situasi ekonomi saat ini. Tentunya, umat Islam, ia mengungkapkan, tidak bisa berdiam diri saja melihat sesama Muslim menderita. “Jika kita tidak bisa membantu mereka saat ini maka kapan kita akan menjangkau mereka?” 

 

Di Malawi, Islam adalah agama terbesar kedua setelah Kristen. Populasi Muslim mencapai 36 persen dari 16 juta penduduk di negara itu. Menurut Bank Dunia, Malawi merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Lebih dari 50 persen warga hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk Malawi mencapi 15 juta jiwa. 

 

Mayoritas warga miskin berjuang untuk hidup hanya dengan kurang dari satu dolar Amerika per harinya. Berdasarkan Human Development Index, dari 182 negara Mali menduduki peringkat 160 termiskin. 

 

Sebelumnya, Presiden Malawi Peter Mutharika mengucapkan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan. Ia juga menyambut baik jika ada komunitas agama yang membantu mengurangi angka kemiskinan. “Banyak yang dilakukan oleh komunitas agas, termasuk Muslim dalam membantu, seperti pendidikan kesehatan, dan lainnya,” ujar Mutharika. 

Terpopuler