REPUBLIKA.CO.ID, NAGREG -- Pada Selasa (22/7) sore, Jalur Selatan tepatnya di Nagreg dan Lingkar Gentong mulai di padati kendaraan roda dua milik pemudik. Iring-iringan pemudik datang dari arah Cileunyi menuju Garut dan Tasikmalaya.
Aiptu Didin petugas polisi di Pos Pam Nagreg mengatakan H-5,pemudik yang menggunakan sepeda motor mulai mewarnai kepadatan arus lalu lintas di jalur selatan Nagreg. "Hampir semuanya berplat B, mereka datang dari Cileunyi, mengarah Garut dan Tasikmalaya, ini akan terus meningkat hingga H-3 nanti,” jelas Didin.
Didin menjelaskan ribuan kendaraan roda dua terbagi dua, saat melewati pos polisi Cagak. Sebagian turun ke bawah mengarah ke Tasikmalaya, Ciamis melintasi Jalur Lingkar Gentong. Kemudian sisanya naik kearah Kabupaten Garut, dengan menggunakan Jalur Nagreg.
Menurut Didin di malam hari kendaraan sepeda motor akan lebih padat, dari pada siang hari. Tak jarang mereka berangkat dari Jakarta setelah buka puasa atau Shalat Tarawaih. Sehingga sampai di Jalur Nagreg malam hari. Hal ini menghindari panasnya matahari di hari puasa.
Meskipun pihak terkait sudah mengimbau agar sebisa mungkin mudik tidak menggunakan sepeda motor, dengan alasan rawan kecelakaan. Namun, kata Didin jumlah pemudik motor tetap tinggi. Mereka yang menggunakan sepeda motor, punya alasan ekonomis.
Hary Haryanto (32 tahun), pemudik motor asal Sumedang misalnya. Dia mengaku mudik dengan roda dua murah dan ekonomis dan cepat. Meski potensi kecelakaannya lebih besar, ketimbang menggunakan kendaraan umum, Hary tetap memilih mudik dengan motor setiap tahunnya.
Menurut hary yang penting konsentrasi penuh di jalan dan tidak ngebut pasti selamat,” tegas Hary. "Perjalanan dari Jakarta hingga Nagreg paling sekitar enam jam," tegas Hary. Sebab arus lalu lintas masih lancar, sehingga memudahkan bagi pemudik motor.
Hary menambahkan, selain itu sepeda motor juga sangat diperlukan di kampung halamannya, seperti untuk bersilaturrahim ke sanak saudaranya. Lantaran di kampung halamannya belum ada kendaraan umum yang melintasi desanya.