Tradisi Betawi Sambut Lebaran, Dari Bikin Dodol Hingga Tukaran Rantang

Rep: mgrol24/ Red: Didi Purwadi

Jumat 25 Jul 2014 13:40 WIB

Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi) Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari raya Idul Fitri 1435 H hanya tinggal hitungan hari lagi. Suasana mudik dapat terlihat di sekitar kita. Perjalanan mudik dilakukan bagi mereka yang mempunyai kampung halaman. Akan tetapi tidak untuk warga Betawi atau warga asli Jakarta. Mereka akan menjalankan tradisi yang diwariskan dari orang tua yang dilakukan mendekati lebaran dan sesudah lebaran.

Ada beberapa tradisi yang sering dilakukan yaitu pembuatan dodol, tuker rantang dan jiarah. Ketiga tradisi itu memiliki proses dan filosofi yang berbeda.

''Tradisi betawi merupakan tradisi yang dilakukan bersama-sama baik muda maupun tua yang bertujuan untuk mempererat tali silahturahim,'' ujar Dr. Wahyu Widodo, dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Indonesia, yang dikenal sebagai pengamat budaya Betawi.

Untuk sejarah pembuatan dodol betawi, tradisi tersebut sudah ada sejak lama karena pada jaman dahulu bahan-bahan pembuatan dodol mudah ditemukan. Di hari-hari besar seperti lebaran ini, warga Betawi akan selalu membuatnya.

''Proses membuatnya membutuhkan kerjasama dan tenaga yang kuat karena dalam proses pengadukan bertujuan untuk menjalin silahturahim dengan para kerabat dan tetangga sebagai ajang kebersamaan,'' kata Wahyu.

Sementara tokoh masyarakat Betawi, Yahya Andi Saputra yang disapa dengan bang Andi, mengatakan pembuatan dodol betawi tidak dilakukan semua orang. Yang bisa melakukan hanyalah orang-orang tertentu. Proses pembuatan dilakukan oleh pria dan wanita.

''Wanita yang membuat dodol harus dalam keadaan suci atau bersih sebaliknya dengan kaum pria,'' kata Yahya. ''Apabila perempuan pembuat dodol tersebut sedang datang bulan, maka ia tidak diperbolehkan membuat dodol karena dapat mempengaruhi cita rasa, bau dan khas dari dodol betawi tersebut.''

Tidak hanya dodol Betawi saja, tuker rantang di malam takbiran menjadi tradisi yang sering dilakukan sampai saat ini. Rantang yang dibawa berisikan makanan seperti semur daging, kupat nasi maupun kupat berisi ketan, dan sayur sambel godok yang akan diberikan kepada orang yang dituakan di dalam keluarga.

''Rantang tersebut dikembalikan lagi pada yang muda dan rantang diisikan kembali dengan masakan yang mereka buat dan seterusnya,'' katanya. ''Tujuan dari tuker rantang ini mempererat tali silahturahim diantara keluarga baik yang muda maupun yang tua.''

Setelah lebaran biasanya masyarakat melakukan jiarah, akan tetapi berbeda dengan warga betawi yang melakukan jiarah setelah dua hari lebaran. Jiarah ini dilakukan untuk menghormati leluhur mereka yang telah tiada dan sebagai tempat bertemunya para sanak saudara yang pada hari pertama lebaran tidak dapat bertemu.

Pada jaman dahulu masyarakat betawi juga mempunyai tradisi syawalan yang artinya puasa di bulan syawal dan mempunyai lebaran syawal sendiri. Lebaran syawal lebih ramai dari pada lebaran yang lain karena tradisi yang dilakukan ini untuk selalu tetap bersyukur kepada Allah apapun yang terjadi.

Dahulu puasa syawal ini diwajibkan sama seperti puasa pada bulan Ramadhan, baik anak kecil maupun orang tua. Akan tetapi tradisi ini kian lama tidak dilestarikan dan tidak diwajibkan hanya orang yang mau menjalankannya dan dalam keadaan kuat atau baik yang akan melaksanakannya.

Terpopuler