REPUBLIKA.CO.ID, Jika anda hendak menyeberang ke Pulau Sumatra melalui Pelabuhan Merak, Banten saat siang hingga sore hari, sempatkanlah berdiri di samping kapal. Jika beruntung, anda akan menemui puluhan anak-anak berenang di sekitar kapal yang anda tumpangi.
Meraka tidak sedang berburu ikan, atau sedang bermain air, namun mereka sedang ingin menghibur anda dengan menyuguhkan antraksi menyelam di dalam air laut yang biru. Sebagai balasannya, anda akan diminta melempar uang ke dalam air, lalu mereka akan menyelam untuk meraih koin yang anda lemparkan.
Penduduk sekitar menyebut mereka sebagai "pemburu koin". Pemuda yang menjadi pemburu koin umumnya, berusia belasan tahun. Walaupun kebanyakan penumpang kapal hanya melemparkan koin, namun pendapatan mereka tidak sesedikit yang dibayangkan. Dalam sehari, masing-masing dari pemburu koin bisa mendapatkan hasil yang berbeda.
"Kalau sepi ya cuma Rp 70 ribu, tapi kalau rame kayak puncak arus mudik Sabtu (26/7) lalu, bisa Rp 250 ribu," kata salah seorang pemburu koin bernama Ikbal kepadaku beberapa hari lalu.
Sambil memeras bajunya yang basah, Ikbal menjelaskan bahwa uang yang dilempar beraneka ragam mulai dari pecahan Rp 500 koin hingga uang kertas pecahan Rp 10 ribu. Di saat ramai, banyak penumpang dari berbagai daerah datang untuk menyeberang.
Bagi pemburu koin, jejeran penumpang di atas kapal berarti kesempatan basar untuk mendapatkan koin. Namun di saat sepi, dia mengaku hanya mengandalkan penumpang lokal. Penumpang lokal merupakan istilah untuk penumpang yang berasal tidak jauh dari Pelabuhan Merak dan hanya hendak menuju daerah di sekitar Lampung. Di sisi lain, jumlah pemburu koin sendiri semakin lama semakin bertambah.
"Sekarang, banyak yang ikut nyelem, nggak hanya orang deket-deket sini," kata Ikbal. Dan menurut dia, pemburu koin paling banyak datang dari daerah Pasar Merak Lama.
Pemuda berumur 17 tahun ini mengatakan, banyak orang dari luar Merak sengaja datang ke pelabuhan Merak hanya untuk menyelam, berburu koin. Persaingan sebagai pemburu koin dia rasa semakin lama semakin ketat.
Kulitnya yang hitam menceritakan kepadaku, kulitnya cukup akrab dengan air laut di Pelabuhan Merak. Kepadaku dia menceritakan, masing-masing dari lima dermaga yang ada di dalam Pelabuhan Merak diisi oleh puluhan orang. Satu dermaga bisa dikelilingi hingga 10 pemuda.
"Bahkan, ada yang (berburu) sampai ke Pelabuhan Bakauheni lho," ujar dia. Perburuan di Bakauheni menurut dia banyak dilakukan saat arus balik. Sebab jumlah penumpang dari Bakauheni menuju Merak lebih banyak dari pada sebaliknya.
Namun dia mengaku, tidak tertarik untuk menyeberang ke Bakauheni. Bukan lantaran tidak tertarik untuk berburu uang di sana. Namun dia tidak punya saudara di dekat pelabuhan untuk ditumpanginya menginap. Sebelum pergi untuk melompat ke air saat ada kapal datang di Dermaga III, kutaanyakan untuk apa uang yang dia kumpulkan.
"Saya mau bayar Zakat Fitrah ibu, aku sama adikku," kata pemuda tanggung yang telah ditinggal bapaknya sejak tiga tahun lalu.
Setelah mengucap terima kasih kepadaku, dia melompat dari dermaga dan lenyap di telan warna birunya laut beberapa saat sebelum muncul lagi dan berenang ke arah kapal dan melakukan aksinya kembali.