REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustadz Erick Yusuf*
Langit menggemakan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Gema takbir ini mestilah bukan hanya bersumber dari speaker-speaker masjid yang seadanya itu. Mestilah alam semesta raya turut bertakbir karena tidak putus-putus suara itu mengiang di telinga, bahkan merasuk jauh ke dalam Qolbu. Malam ini saya membayangkan seluruh planet bertakbir, matahari, bintang-bintang, galaksi, nebula semua penduduk langit bertakbir. Bahkan boleh jadi seluruh sel-sel dalam tubuh pun turut bertakbir, ya itulah jawaban kenapa ketika jeda suara takbir masjid, tapi seakan masih terdengar dalam jiwa bukan hanya lewat gendang telinga, tapi mungkin kalo boleh menamakannya dengan gendang jiwa.
Namun ditengah takbir fitri yang agung, sebaliknya saya merasa kecil semakin kecil bahkan lebih kecil lagi. Perasaan yang campur aduk, mengaduk rasa antara kegembiraan ied mubarok dan kesedihan ramadhan yang berlalu. Pikiran yang agak lelah ini tercenung akan kalimat “minal aidin wal fa’idzin” kembali ke fitrah dan meraih kemenangan. Mudah memang untuk melafadzkannya, namun benarkah kita sudah benar-benar kembali ke fitrah. Bagaimana bisa meraih kemenangan jika tidak mencapai fitrah? Bagaimana ukurannya?, bagaimana juga dengan hadist “barangsiapa yang berpuasa dibulan Ramadhan karena iman dan ikhlas niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” , apakah kita berhasil mendapatkannya? Seperti apa rasanya?
Astaghfirulloh Ya Rabb, begitulah jika kita terjebak pada permainan pikiran dan permainan kata-kata, angka statistik, ukuran barometer, takaran yang selalu kita pikirkan. Karenanya gema takbir, ayat-ayat, hadist-hadist hanya berputar dikepala, terurut rapih dengan untaian kata namun seringkali tidak merasuk dalam jiwa. Sudah saatnya kita mendengar bukan hanya dengan gendang telinga, namun dengan gendang jiwa. Kita hanya mesti fokus Berupaya untuk selalu melakukan perubahan menjadi yang lebih baik setiap saat, menjadi manfaat disetiap waktu. Dan biarkan seluruh ukuran, takaran dan perhitungan hanya ada disisi Alloh SWT.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat hari raya Iedul fitri, “Ja’alanallohu wa iyyakum minal-‘aidin wal fa’izin, taqobalallohu minna wa minkum” mohon maaf lahir dan bathin. Ya Rabb jadikanlah kami semua manusia yang baru, yang Engkau Ridhoi. Kumpulkan kami di syurgaMU Ya Rabb.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
*Ustad Erick yusuf – pimpinan lembaga dakwah iHAQI
Twitter @erickyusuf – www.ihaqishop.com