REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Lebih dari 150 buronan ekonomi kini ditengarai sedang berada di AS. Kebanyakan dari mereka merupakan mantan pejabat dan tersangka kasus korupsi di Cina.
Suratkabar China Daily, Senin (11/8) melaporkan, AS telah menjadi tujuan pelarian bagi para buronan kriminal asal negeri tirai bambu. Hal tersebut mengutip pernyataan Direktur Jenderal Biro Kerja Sama Internasional Kementerian Keamanan Umum Cina, Liao Jinrong, belum lama ini.
Meski pun kini sebagian besar tersangka kasus korupsi itu diketahui berada di AS, namun upaya untuk membawa para buronan tersebut kembali ke Cina bukan perakara mudah. Karena tidak ada perjanjian ekstradisi antara Cina dan AS.
Di samping itu, pemerintah asing lainnya juga menyatakan keengganannya untuk menyerahkan para tersangka asal Cina. Dalihnya, para kriminal itu bakal menghadapi hukuman mati jika dipulangkan ke Cina.
"Kami menghadapi kesulitan dalam mendapatkan kembali buronan yang melarikan diri ke AS karena tidak adanya perjanjian ekstradisi dengan negara itu. Belum lagi prosedur yang rumit dan panjang yang harus dijalani," ujar Liao seperti dikutip China Daily.
World Bulletin melansir, pemerintah Beijing telah lama bergelut dengan masalah pencucian uang dan pengalihan aset ke luar negeri yang dilakukan sejumlah pejabatnya untuk menghindari penyelidikan. Menurut perkiraan, jumlah pejabat Cina dan anggota keluarga mereka yang memindahkan asetnya keluar negeri dalam lima tahun terakhir mencapai satu juta lebih.
Presiden Cina Xi Jinping sendiri telah memasukkan perang terhadap korupsi sebagai salah satu agenda pemerintahannya. Ia pun telah berulangkali memperingatkan, tindakan korupsi dapat mengancam kelangsungan hidup Partai Komunis di Cina.