REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapapun menjadi Direktur Utama Pertamina akan menghadapi tantangan besar untuk membawa perusahaan migas ini lebih baik. Pengamat ekonomi UI Muslimin Anwar menyebut tiga tantangan yang akan dihadapi dirut baru Pertamina.
Pertama, kata Muslimin, dia harus piawai dalam mengelola Pertamina sehingga menjadi perusahaan kelas dunia. Ini bukan pekerjaan mudah karena pengalaman bergelut pada perusahaan besar menjadi modal penting untuk bisa membawa Pertamina lebih maju.
"Namun ini bukan satu-satunya tantangan besar dirut baru Pertamina," kata Muslimin di Jakarta, Ahad (24/8).
Yang tidak kalah pentingnya, jelas dia, kemampuan untuk melakukan koordinasi dan negosiasi dengan parlemen. Ini mengingat Pertamina mau tidak mau dan suka tidak suka akan selalu terseret pada masalah politik terkait perencanaan dan realisasi APBN, khususnya selama subsidi BBM masih terus dipertahankan.
Di sini, Muslimin berpendapat Pertamina menghadapi dilema serius terkait kepada siapa seharusnya BBM itu diperuntukkan, karena banyak penyelundupan terjadi dan target subsidi yang tidak tepat. Padahal sebetulnya ini ranah Pemerintah.
Ketiga, Pimpinan Pertamina mendatang harus mampu bekerja sama dengan Pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan dalam membuat perencanaan penerimaan dan pengeluaran terkait bidang tugasnya. "Khususnya dalam meningkatkan pelayanan dan meningkatkan penerimaan bagi negara," kata Muslimin.