Kamis 11 Sep 2014 07:23 WIB

Siapa Pengguna Senjata Kimia di Suriah, Rezim Bashar atau ISIS?

Rep: c64/ Red: Taufik Rachman
Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).
Foto: AP/Shaam News Network
Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID,DEN HAAG -- Zat berbahaya yakni gas klorin ternyata telah digunakan dalam pertempuran di Suriah. Temuan itu diungkap berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Lembaga ini menemukan bukti kuat penggunaan gas klorin di suriah. Penelitian menunjukan bahwa zat yang berbahaya itu telah digunakan berulang-ulang dan sistematis, seperti yang dilansir Anadolu Agency, Rabu (10/9).

Ahmet Uzumcu, Kepala OPCW mengatakan, laporan kedua dari dari misi pencari fakta telah selesai. Kemudian, laporan tersebut mengungkapkan bahwa klorin telah digunakan dalam serangan terhadap desa-desa di Suriah utara seperti, Talmanes, Al Tamanah dan Kafr Zefa.

Rabu kemarin, OPCW mengungkapkan hasil penelitian berdasarkan deskripsi, sifat fisik, perilaku gas dan tanda-tanda maupun gejala yang dihasilkan. Tentunya melihat pula respon pasein terhadap pengobatan dan tim pencari fakta telah menyimpulkan bahwa klorin, baik murni atau dalam campuran telah digunakan di Suriah.

"Setelah pembentukan misi pencari fakta pada akhir April 2014, ada pengurangan serangan klorin yang dilaporkan pada Mei, Juni dan Juli lalu," kata organisasi itu, tetapi direktur OPCW meminta tim untuk tetap melanjutkan tugasnya di tengah serentetan tuduhan baru kepada rezim Suriah pada Agustus lalu.

Uzumcu mengatakan, gas klorin bukanlah senjata kimia tersendiri. Namun, menurut kesepakatan mereka, setiap bahan kimia yang digunakan untuk menyakiti orang, hewan, dan tumbuhan dianggap sebagai senjata. Dan, jika hal itu terbukti maka telah melanggar perjanjian internasional.

Uzumcu mengatakan, mereka tidak memiliki informasi jika senjata kimia telah jatuh ke kelompok Negara Islam (IS). Namun, ia menekankan bahwa hal itu harus menjadi perhatian semua orang karena ada kemungkinan IS memiliki akses ke  komponen zat tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement