REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Human Rights Watch (HRW) menilai serangan militer Israel tidak terarah. Hal ini mengakibatkan banyaknya korban tewas dari warga sipil.
HRW sudah menyerukan dalam laporannya agar "semua pihak dalam konflik bersenjata di Gaza" mengambil langkah-langkah guna meminimalkan dampak pada warga sipil.
Namun yang terjadi, serangan di sekolah di Beit Hanoun dan Jabaliya "tidak tampak menarget tujuan militer atau dengan kata lain tidak pandang bulu", sedangkan serangan ketiga, di Rafah, adalah "tidak sah".
Dalam lamannya, kelompok itu mencatat bahwa Israel telah membuka lima penyidikan kriminal, termasuk satu penyelidikan atas insiden Beit Hanoun.
Tapi HRW mengatakan, "Israel memiliki catatan panjang kegagalan melakukan penyelidikan kredibel terhadap dugaan kejahatan perang."
Militer Israel mengatakan pada hari Rabu pihaknya berharap untuk mendapatkan kesaksian dari saksi Palestina dengan bantuan organisasi internasional yang beroperasi di Jalur Gaza.
Penyelidikan militer bisa membantu Israel menentang upaya komisi Dewan HAM PBB guna menyelidiki kejahatan perang yang mungkin dilakukan oleh kedua belah pihak dalam pertempuran itu.
Israel telah lama menuduh dewan beranggotakan 47 negara itu bias terhadap hal itu dan mengatakan milisi Hamas, yang meluncurkan serangan roket ke kota-kota Israel, beroperasi di wilayah pemukiman dan memikul tanggung jawab utama atas korban sipil Palestina.
Lebih dari 2.100 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, tewas dalam pertempuran yang berlangsung selama tujuh pekan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Enam puluh tujuh tentara Israel dan enam warga sipil di Israel tewas.
Israel melancarkan serangan ke Gaza pada 8 Juli dengan alasan untuk menghentikan serangan roket lintas-perbatasan oleh Hamas.