Rabu 17 Sep 2014 17:29 WIB

Zainab Binti Khuzaimah, Ibunda Orang Miskin (1)

 Zainab sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW.
Foto: Fanpop.com
Zainab sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW.

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti     

Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah SAW yang bergelar Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin).

Zainab binti Khuzaimah berbeda dengan istri Nabi SAW lainnya yang bernama Zainab binti Jahsy. Zainab memang sangat dikenal karena kebaikan hatinya dan sangat pemurah. Dia banyak menyantuni orang-orang miskin.

Ummul Mukminin yang satu ini sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW. Kebersamaannya dengan Rasulullah sebagai suami istri juga tak berlangsung lama. Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah yang wafat setelah Khadijah RA. Rasulullah SAW sendiri yang merawat jenazah Zainab saat wafat.

Zainab memiliki nama lengkap Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al Hilaliyah. Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.

Zainab lahir sebelum tahun ke-13 Rasul mendapatkan kenabiannya. Wanita dermawan ini berasal dari keluarga yang dihormati dan disegani.

Kedermawannanya telah dikenal, bah kan sebelum beliau memeluk Islam. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Zainab sudah digelari Ummul Masakin.

Zainab selalu mengutamakan kedermawanannya pada orang-orang miskin daripada memanjakan dirinya sendiri dengan harta benda yang dimiliki. Sifat penyantun yang dimilikinya pun sudah ada sebelum dia mengetahui bahwa dengan sifatnya dapat mendatangkan pahala dari Allah SWT.

Dalam kehidupan beragamanya, Zainab termasuk kelompok wanita pertama yang memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, dia menolak syirik dan menyembah berhala, dia juga selalu menjauhkan diri dari perbuatan Jahiliyah.

Sebelum menikah dengan Rasulullah ketika masa Jahiliyah dia menikah dengan Thufail bin Harits. Namun, Thufail menceraikan Zainab karena tak kunjung memiliki anak saat hijrah ke Madinah.

Kemudian, untuk memuliakanya, saudara laki-laki Thufail, Ubaidah bin Harits, menikahinya. Ubaidah dikenal sebagai seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement