REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menuduh Korea Selatan dengan sengaja merusak usaha-usaha meredakan ketegangan dan memperingatkan bahwa prospek-prospek bagi dimulainya kembali dialog tingkat pejabat tinggi antara kedua negara suram.
Dalam satu pesan panjang, 1.500 kata Kamis malam, yang mengecam Korsel atas sikapnya yang munafik dan sombong Kantor berita resmi KCNA menawarkan versinya bagi perundingan-perundingan militer yang rahasia Rabu berakhir dengan kebuntuan.
Perundingan-perundingan itu bertujuan untuk membahas ketegangan yang meningkat akibat dua insiden melibatkan baku tembak singkat di perbatasan darat antar-Korea dan perbatasan-perbatasan maritim.
Setelah pertemuan di desa perbatasan Panmunjom, Korsel mengeluarkan satu pernytaan singkat bahwa kedua pihak telah mengutarakan sikap-sikap mereka tetapi gagal mempersempit perbedaan-perbedaan.
Pesan yang disampaikan KCNA itu mengatakan Korut terpaksa mengirim tiga permintaan bagi satu pertemuan sebelum Korsel menyetujuinya, dan mengatakan usul aslinya bagi pertemuan dengan Penasehat Keamanan Nasional Kim Kwan-Jin ditolak.
Korut juga mengeluhkan bahwa Korsel pada awalnya menegaskan tetap merahasiakan perundingan itu, tetapi kemudian memilih membukanya pada publik. "Sikap pihak Korsel mengecilkan hati pihak Korut dan membuatnya marah," kata KCNA.
Dalam perundingan itu, Korut meminta Korsel melakukan tindakan untuk mencegah para pegiat meluncurkan selebaran-selebaran anti-Pyongyang yang dibawa oleh balon-balon rakasa melintas masuk ke dalam perbatasannya.
Seoul menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki landasan hukum untuk melarang peluncuran selebaran itu-- satu tanggapan yang KCNA sebut sebagai "satu olok-olok dan penghinaan." Penyebaran selebaran-selebaran Jumat lalu memicu baku tembak senapan mesin dilintas perbatasan darat yang dijaga ketat itu setelah militer Korut bwrusaha menembak jatuh balon-balon raksasa milik para pegiat.
Insiden-insiden perbatasan membahayakan satu perjanjian--yang dicapai dalam satu kunjungan mengejutkan oleh satu delegasi pejabat tinggi Korut ke Korsel awal bulan ini -- untuk memulai kembali perundingan tingkst pejabat tinggi yang terhenti sejak Februari. "Ada satu realitas yang tidak dapat disangkal bahwa prospek bagi penyelenggaraan kontak pejabat tinggi suram," kata KCNA.