REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Utusan PBB untuk Libya pada Selasa (28/10) mengatakan kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada September belum dihormati oleh milisi yang bertikai di negeri itu.
Ia memperingatkan masyarakat internasional mengenai kondisi berbahaya yang dihadapi negara yang dicabik perang di Afrika Utara tersebut.
Bernardino Leon, pemimpin Misi Pendukung PBB di Libya, mengeluarkan pernyataan itu dalam taklimat yang diselenggarakan pada Selasa sore di Ibu Kota Libya, Tripoli.
Utusan PBB tersebut menyeru Mufti Agung Libya Sadiq Ghariani, pemimpin spiritual tertinggi di negeri itu, agar mendukung dialog nasional antar-pihak yang bertikai, saat ia mengomentari bentrokan yang terus berkecamuk di Benghazi dan Tripoli.
"PBB akan terus berusaha mewujudkan gencatan senjata. Dialog adalah satu-satunya cara keluar dari krisis tersebut," kata Leon.
Pejabat PBB tersebut bertemu dengan anggota Parlemen Libya, yang telah memboikot sidang terdahulu, dan membahas dengan mereka situasi saat ini di wilayah barat negeri tersebut. Ia menekankan masyarakat internasional perlu memberi perhatian pada situasi di Benghazi dan Gunung Nafusa di Libya Barat.
Misi PBB di Libya menengahi konferensi dialog nasional pada 29 September di Kota Ghadames di bagian baratdaya negeri itu antar-faksi yang bertikai. Tujuan pertemuan tersebut ialah menemukan penyelesaian damai bagi krisis politik di negeri itu setelah berbulan-bulan perpecahan politik dan pertempuran sengit.