REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anak perusahaan PT Adaro Energy, PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), menandatangani amendemen Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (persero) (PLN).
Dalam amendemen yang ditandatangni 31 Oktober lalu itu, BPI memperoleh perpanjangan waktu penyelesaian financial closure proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2 x 1.000 Mega Watt (MW) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang mulai berlaku efektif 6 Oktober 2014 hingga 6 Oktober 2015.
Pembebasan lahan proyek PLTU Batang sudah mencapai 87 persen dari total lahan yang dibutuhkan sebagai syarat perolehan financial closure. PLTU Batang pun sudah menyetujui dilakukannya analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan proses perizinan yang dibutuhkan.
Segera diadakannya tanah bagi kepentingan umum seperti amanat UU no 2/2012 oleh pemerintah dan PLN diharapkan bisa mempercepat pembiayaan proyek sebelum 6 Oktober 2015.
''Kesepakatan ini menjadi komiymen PLN dan BPI untuk berkontribusi bagi pembangunan wilayah Batang dan Indonesia,'' kata Presiden Direktur BPI, Mohammad Effendi, Selasa (4/11).
Proyek ini digarap menggunakan teknologi terbaru dan diyakini mampu memberi manfaat signifikan bagi masyarakat Batang. Apalagi, proyek PLTU Batang diharapkan dapat mencegah terjadinya krisis listri di Jawa dan Bali.
Direktur induk perushaan BPI, PT Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengungkapkan proyek ini adalah bagian visi Adaro mencipatakan nilai maksimum yang berkelanjutan dari batubara Indonesia.
Sebagai perusahaan tambang dan enerhi terkemuka Indonesia, Adaro berada di jalur yang tepat dengan mengembangkan divisi ketenagalistrikan untuk mengembangkan masyarakat dan pembangunan nasional.
''PLTU Batang merupakan proyek strategis untuk mencapai pemenuhan kebutuhan listrik Jawa dan Bali pada 2019,'' kata Garibaldi.
Dengan penggunaan teknologi terbaru, PLTU batang bisa meningkatkan efisiensi melebihi boiler biasa dan mengurangi dampak lingkungan dari emisi karbon dioksida. Adaro akan memasok sebagian besar kebutuhan batubara dengan penggunaan envirocoal yang rendah pencemaran terhadap lingkungan.
Penggunaan baja moderen yang memungkinkan pengguaan boiler besar dengan karakteristik ultra-supercritical technology (USC) sehingga bahan bakar yang digunakan bisa berupa batubara berkalori rendah.
Model ini akan membuat PLTU Batang menjadi contoh pembangkit listrik yang efisien dan ramah lingkungan.