REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap asing khususnya dolar AS disebabkan beberapa hal. Salah satunya dari Amerika Serikat sendiri yang menaikan Policy Rate pada 2015.
“Itu sudah akan menjadi sentimen, pasti memengaruhi nilai rupiah, dia (Amerika) akan memperkuat dolar dan memperlemah rupiah. Ini kondisi dasar yang saat ini akan tetap terjadi dan terus kemudian Amerika menyelesaikan proses kebijakan moneternya,” kata Bambang, Selasa (16/12).
Bambang juga mengatakan, untuk devisit transaksi berjalan, meski pun menunjukan perbaikan, dan besarannya dianggap untuk emerging market. “Dan mungkin bisa lebih baik lagi, misalkan triwulan ketiga yang mencapai 3 persen,“ ungkapnya.
Lanjut Bambang, itu artinya kondisi domestik harus diperbaiki. Karena selain, dua kondisi foundamental tersebut, ada faktor lain yang menyebabkan nilai tukar rupaih melemah terhadap dolar, yang belakangan terjadi yaitu peningkatan permintaan dollar dalam negeri diakhir tahun yang meningkat.
Dari pasar uang, ada faktor musiman yang memnag terjadi setiap ahir tahun yaitu peningkatan permintaan dolar AS. ”Karena perusahaan membutuhkan dollar untuk membayar utang. mungkin mengirimkan deviden, reposisi porto polio, ini proses setiap tahun, yang dilakukan setiap hendak tutup buku,” katanya.
Karena, Perusahaan menginginkan laporan keuangaannya menjadi yang terbaik. Oleh karenanya, banyak dilakukan reposisi portfolio untuk membukukan dalam kondisi terbaik utuk perusahaan. “Atas dasar itu tentunya akan banyak pengalihan rupah ke US dolar,” jelasnya.