Senin 12 Jan 2015 16:54 WIB

Aksi Politikus Sayap Kanan Eropa Selepas Penyerangan Charlie Hebdo

Rep: c84/ Red: Agung Sasongko
para pemimpin negara bergandengan tangan dalam peringatan Charlie Hebdo
Foto: jpost.com
para pemimpin negara bergandengan tangan dalam peringatan Charlie Hebdo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Seorang ilmuwan politik, Gesine Schwan berharap bahwa insiden Charlie Hebdo tidak mengarah pada eskalasi anti-Islamisme dan Islam. Di Jerman sendiri, kampanye menentang Islam terus merebak tak hanya dilakukan oleh politisi sayap kanan melainkan juga hinggap di kalangan Ultras, kelompok supporter garis keras, klub-klub sepakbola.

Geert Wilders, politisi Belanda yang menghadapi sidang karena menghasut kebencian rasial, terus melakukan hasutannya bahwa negara-negara di Eropa harus menghentikan masuknya imigran dari negara-negara Islam. Di Swiss Walter Wobmann, politisi Partai Rakyat Swiss, memimpin kampanye untuk melarang pembangunan menara masjid dan menambahkan bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk melarang pengungsi Muslim memasuki negaranya.

Politisi sayap kanan terkemuka Italia, Matteo Salvini, juga terus melancarkan seruannya untuk melarang berdirinya masjid dan pusat kebudayaan Islam di Italia. Ia juga mengkritik umat Islam di Italia yang ia nilai mencoba untuk memaksakan cara hidup yang tidak sesuai dengan negaranya. Tak hanya menyerang Islam, ia juga mengecam tindakan Paus Fransiskus yang dinilai merugikan umat Katolik karena dukungannya terhadap dialog antaragama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement