REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, terus menentang keras pelecehan yang dilakukan Charlie Hebdo terhadap Nabi Muhammad SAW dalam edisi terbarunya beberapa waktu lalu. Abbas mengatakan , ia menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, namun bukan berarti diartikan sebagai kebebasan menghina kepercayaan orang lain.
"Kami mendukung kebebasan berekspresi, tetapi ada garis merah dan itu adalah simbol-simbol agama," kata Abbas kepada peserta di Festival Tahunan Komunitas Kristen Armenia di Bethlehem, Ahad (18/1), dikutip dari Fars News, Selasa (20/1).
Ia berharap pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW dengan alasan kebebasan berekspresi tak lagi terjadi. Abbas juga mengecam pembunuhan terhadap 12 orang di kantor majalah satir tersebut. Kepada Komunitas Kristen Armenia ia mengatakan komunitas itu merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat Palestina dan ia berharap festival tahun depan akan dapat diselenggarakan kembali tanpa adanya pendudukan Israel.
Kecaman Abbas menyangkut pelecehan yang dilakukan Charlie Hebdo serupa dengan apa yang dikatakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Erdogan menilai apa yang dilakukan Charlie Hebdo tidak bisa dikatakan sebagai kebebasan berekspresi.
”Ini tidak bisa disebut kebebasan. Ini setara dengan tindakan mendatangkan teror. Kita harus menyadari hal ini. Tidak ada kebebasan tanpa batas,” katanya, sebagaimana diberitakan Al Jazirah.