REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri menyampaikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban terkait situasi keamanan di Sana'a, Ibu Kota Yaman. Kerusuhan pecah setelah kelompok Syiah Al-Houthi menyerang dan menguasai Istana Kepresidenan Yaman pada Selasa (20/1).
"Pada dasarnya Indonesia ikut prihatin dengan perkembangan keamanan di Sana'a, Yaman. Sampai saat ini dari hasil koordinasi Kementerian Luar Negeri dengan perwakilan kita di Yaman, tidak ada WNI kita yang menjadi korban," kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis (22/1).
Menurut dia, ada sekitar 100 orang WNI yang berada di Sana'a dan jumlah WNI yang berada di seluruh wilayah Yaman adalah sekitar 3.600 orang. Arrmanatha mengatakan pihak Kemlu telah mengimbau warga Indonesia yang berada di Yaman untuk terus waspada dan berhati-hati serta selalu menjalin komunikasi dengan KBRI di Sana'a dan sesama warga Indonesia lainnya.
"Kita terus imbau agar warga Indonesia di Yaman terus waspada dan menghindari tempat-tempat yang berpotensi terjadi kekacauan," ujar dia.
"Bagi para WNI yang akan ke sana tentu akan kita ingatkan untuk tetap berhati-hati, tetapi kita kan tidak bisa melarang. Apabila membutuhkan bantuan, bisa menghubungi kantor perwakilan di sana," lanjutnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan keprihatinan atas perkembangan keamanan yang terjadi di Sana'a.
Indonesia menilai serangan kelompok Syiah Al-Houthi itu dapat menimbulkan ketegangan baru semenjak kesepakatan antara pemerintah Yaman dan kelompok Al-Houthi pada September 2014.
Karenanya, pemerintah Indonesia berharap pihak-pihak yang bertikai di Yaman dapat menahan diri serta memperhatikan keselamatan dan mengutamakan perlindungan seluruh warga sipil di Yaman, khususnya Ibu Kota Sana'a.
"Kami mendapat kabar bahwa pagi ini sudah ada pertemuan antara pihak yang bertikai. Kami berharap agar kedua belah pihak dapat mencari solusi yang baik dan mengutamakan keselamatan warga sipil," kata Arrmanatha.
Sebelumnya, para gerilyawan Houthi mengepung kediaman Perdana Menteri Yaman Khaled Bahhah di Istana Kepresidenan, kata Menteri Informasi Yaman Nadia Al-Saqaf, Selasa (20/1). Gerilyawan Houthi yang bersenjata mengambil posisi strategis di sekitar Istana Presiden dan daerah pegunungan di dekatnya.
"Penyebaran yang tampaknya semakin besar," kata Al-Saqaf dalam siaran pers yang diposting pada halaman Facebook-nya.