Selasa 27 Jan 2015 10:50 WIB

Pemerintah-DPR Sepakati Asumsi Makro RAPBN-P 2015

Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI sepakat untuk menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam draf RAPBN-Perubahan 2015 dari usulan sebelumnya sebesar 5,8 persen menjadi 5,7 persen.

"Angka 5,7 persen merupakan ekstra 'effort' dari belanja APBN dan kapitalisasi dari 'Quantitative Easing' di Eropa serta Jepang," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat memberikan penjelasan dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Senin malam (26/1).

Dalam rapat kerja membahas asumsi makro RAPBN-Perubahan 2015 ini ikut hadir Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, Gubenur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin.

Bambang menjelaskan angka pertumbuhan ekonomi pada 2015 mengalami penurunan secara "baseline", karena terpengaruh kondisi perekonomian global yang diperkirakan masih melambat dan turunnya harga komoditas dunia.

Namun, pemerintah masih bisa mendorong pertumbuhan lebih tinggi, karena memiliki ruang fiskal yang akan dimanfaatkan untuk belanja infrastruktur, serta perkiraan tambahan dari dampak kebijakan stimulus moneter yang dilakukan Bank Sentral Eropa.

"Dengan adanya penurunan ekonomi global, 'baseline'-nya 5,1 persen, ditambah 0,5 persen ekstra 'effort' dari perubahan pola belanja akibat realokasi subsidi BBM dan perkiraan dampak positif dari 'Quantitative Easing' ke Indonesia 0,1 persen," kata Bambang.

Menurut Bambang, angka pertumbuhan paling realistis sepanjang 2015 adalah 5,6 persen, karena dampak positif stimulus moneter di Eropa tidak berlangsung dalam beberapa bulan, namun butuh tahunan sebelum aliran dana benar-benar masuk ke Indonesia.

"Kita tidak boleh terlalu optimistis, karena ada 'time lag' setahun berdasarkan pengalaman ketika AS melakukan Quantitative Easing, apalagi waktu itu ekonomi Tiongkok juga lagi tinggi-tingginya, sekarang Tiongkok lagi tidak bagus," jelasnya.

Sejumlah asumsi makro lainnya yang ikut disepakati dalam rapat kerja yang dipimpin Ketua Komisi XI Fadel Muhammad tersebut antara lain nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp12.500, tingkat inflasi 5,0 persen dan suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen.

Komisi XI dalam kesempatan tersebut juga menetapkan target pencapaian pembangunan kepada pemerintah yaitu tingkat pengangguran 5,6 persen, tingkat kemiskinan 10,3 persen, indeks gini ratio 0,4 dan indeks pembangunan manusia 69,4 melalui penghitungan metode terbaru.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement