REPUBLIKA.CO.ID, TOKYIO -- Rinko, istri wartawan Kenji Goto merasa hidupnya hancur lebur begitu mengetahui kabar suaminya telah dieksekusi oleh Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Meski begitu, Ia mengaku sangat bangga pada suaminya.
"Saya tetap sangat bangga dengan suami saya, yang melaporkan nasib masyarakat di daerah konflik seperti Irak, Somalia, dan Suriah," katanya seperti dimuat di Rory Peck Trust, sebuah organisasi yang berbasis di London.
Menurut dia, apa yang dilakukan suaminya merupakan naluri kemanusiaan untuk mengungkap akibat dari sebuah perang. "Itu gairah untuk menyoroti dampak pada warga sipil, terutama melalui anak-anak, dan untuk menginformasikan kepada dunia apa yang tersisa dari tragedi perang," katanya.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengutuk tindakan ISIS dan mengatakan Jepang berkomitmen untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat global dalam memerangi terorisme dan melindungi warganya.
Abe berencana meminta izin agar militer Jepang diperbolehkan melakukan misi penyelamatan luar negeri jika ada kasus serupa. Saat ini, ruang lingkup militer Jepang terhalang oleh Undang-undang, namun pemerintah berencana untuk mengajukan revisi ke parlemen untuk mengurangi pembatasan.
"Melestarikan keselamatan warga Jepang adalah tanggung jawab pemerintah, dan saya adalah orang yang paling memegang tanggung jawab," kata Abe seperti dikutip Reuters, Senin (2/2).
Sebuah jajak pendapat oleh kantor berita Kyodo pada 25 Januari, setelah Yukawa tewas, 61 persen dari warga Jepang yang disurvei mendukung respon pemerintah Jepang dalam menghadapi ISIS.
Eksekusi atas Goto dilakukan menyusul mentoknya kesepakatan tebusan untuk Goto. Pada seminggu sebelumnya, ISIS juga telah memenggal Haruna Yukawa. Goto ditangkap ISIS pada akhir Oktober 2014, sementara Yukawa ditangkap pada Agustus 2014.