REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menghadapi pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI), Selasa (17/2), Chief Economist Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu memperkirakan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) akan menurun menjadi 7,50 persen atau turun 25 bps. BI rate ini, lanjut Anggito akan mengalaimi penyesuaian atau adjustment.
"Kalau dilihat attitude, biasanya BI preventive. Kalau dilihat attitude, maka BI akan cepat menyesuaikan deflasi," jelas Abimanyu dalam Pemaparan Outlook Ekonomi Makro Indonesia 2015 di Gedung BRI, Senin (16/2).
Abimanyu menuturkan, selain penyesuaian kondisi ekonomi Indonesia mengalami deflasi, penyesuaian BI rate juga akan mempertimbangkan kemungkinan peningkatan suku bunga bank sentral AS (Fed Fund Rate/FFR). Sedangkan kenaikan suku bunga The Fed sendiri diperkirakan akan mundur dari Juni ke September 2015 ini.
Kebijakan moneter BI ini akan diikuti bank-bank, kemudian, OJK juga mengikuti suku bunga acuan sebagai jangkar pemodalan di Indonesia. Namun, menurut Anggito persoalannya berapa lama terjadi, tergantung suku bunga penjaminan dan pengawasan OJK.
"Saya kira semua bank akan mengikuti, dimana otoritas memiliki kewenangan, sehingga akan diikuti," ujarnya.
Abimanyu menambahkan, jika kenaikan BI rate tidak jadi terlaksana pada bulan ini, kemungkinan besar akan terjadi pada bulan depan. Terlebih dibawah kepemimpinan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, BI terkenal lebih responsif terjadap kondisi pasar.
"Jika tidak bulan ini, maka bulan depan BI Rate akan disesuaikan. Itu sudah memahami oleh pasar. BI dibawah pak agus terkena lebih responsive, kredibel dan memahami situasi ke depan," lanjutnya.