REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Nasir Abbas mengatakan, WNI yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)pada awalnya hanya berjenis kelamin laki-laki.
"Pada awalnya yang berangkat ke Suriah hanya bapak-bapak atau laki-laki saja. Namun setelah ISIS memberikan jaminan kesejahteraan, keamanan, juga finansial, mereka mulai berani mengajak keluarganya," kata Nasir, Kamis, (19/3).
Mungkin saat ini, ujar dia, sudah ada 10, 20, atau 30 orang yang pergi ke Suriah bergabung dengan ISIS. Saat ini mungkin juga ada orang-orang yang melakukan persiapan jalan ke sana.
"Kalau tidak ada larangan dari pemerintah pasti orang-orang berbondong-bondong pergi ke sana. ISIS mempengaruhi WNI dengan membuat propaganda kalau pemerintah Suriah saat ini adalah pemerintah kafir, jadi orang-orang harus membantu ISIS berperang di sana," kata dia.
Kalau pemerintah tidak mencegah WNI bergabung dengan ISIS, ujar dia, maka ini akan menjadi bom waktu yang nanti menghancurkan Indonesia. Mereka akan mendirikan ISIS di Indonesia dengan nama yang lain. "Ancaman mungkin bukan saat ini, tapi 10 tahun lagi. Ketika mereka yang pergi ke Suriah kembali ke Indonesia untuk membangun ISIS di Indonesia dengan nama lain," ucapnya.