REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Pemimpin Pondok Pesantren Daaru Ulil Al baab (Ponpes dua) Tegal, Soekarno M Noor, merasa bangga adanya qori yang melantunkan dengan langgam Jawa, lantaran itu seni manusia yang dikarunia oleh Allah SWT. “Justru itu trobosan baru. Bagaimana alquran dilantunkan dengan langgam wong Jowo,” Katanya saat di hubungi ROL. Selasa, (19/5).
Soekarno mengatakan, hal ini menunjukan qori di Indonesia sudah mulai berkembang. Apalagi langgam jawa yang dilantukan di Istana sangatlah menarik. “Itu bagus sekali, karena itu soal seni yang harus kita dukung. Asal tajwid dan makhrajnya sesuai.” Katanya.
Soekarno berharap agar langgam tersebut terus dikembangkan, dari langgam sunda, jawa, dan lain sebagainya. Menurutnya, Soekarno sejak dulu memiliki wacana untuk mengajarkan santri-santrinya melantunkan langgam jawa. “Tapi saya masih mencari siapa qari yang berkompeten, dalam bidang tersebut.” Katanya.
Soekarno menjelaskan, langgam mebaca Alquran beraneka ragam. Yang paling dikenal dan banyak sekitar tujuh, yakni bayyati, shoba, nahawand, hijaz, rost, sika, dan jiharka. Dalam ketujuh jenis itu terdapat tingkatan variasi nada yang berbeda.
Soekarno menegaskan, membaca dengan menggunakan langgam jawa tidak perlu dipermasalahkan, apalagi sampai debat. Lantaran itu hanya seni manusia yang beragam, yang dipermasalahkan orang-orang yang tidak membaca Alquran. “Gimana mau mengamalkan isi Quran, baca Quran saja tidak.” Tegasnya.
“Alquran pada dasarnya ilmu hakiki atau ilmu rasa, namun tidak semua orang tidak mendapatkan ilmu dari Allah, boleh jadi dengan menggunakan aneka langgam masing-masing daerah dapat meresapi setiap ayat yang dia baca. itu justru menarik” jelasnya.