REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Bencana letusan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatra Utara masih dirasakan warga sekitar. Betapa tidak, lahan dan rumah warga yang tertutup erupsi letusan gunung tersebut belum bisa digunakan hingga saat ini.
Tak sedikit warga yang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa harus mengungsi akibat bencana ini. Sayangnya pemerintah belum mampu menyediakan tempat tinggal bagi warga korban letusan gunung tersebut. "Jangan lupakan bencana Sinabung, semua pihak harus bahu-membahu mengatasi persoalan ini," ujar Presiden ACT Foundation kepada Republika Online, Jumat (22/5).
Ahyudin dan tim dari dari lembaga nirlaba ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang saat dihubungi tengah berada di lokasi bekas bencana itu menuturkan, ribuan warga masih menempati lokasi pengungsian. Cukup sulit merelokasi para pengungsi mengingat keterbatasan lahan yang ada. Belum lagi penyediaan kebutuhan sembako bagi para pengungsi yang jumlahnya banyak menjadi permasalahan tersendiri.
"Kita akan bangun shelter, untuk tahap pertama kita bangun untuk 50 kepala keluarga dulu," ujar Ahyudin.
Menurut dia, penyediaan shelter bagi pengungsi menjadi sebuah keniscayaan dan menjadi tanggung jawab semua pihak. Pasalnya, sudah cukup lama warga berada di pengungsian, tepatnya pascaletusan Gunung Sinabung pada pertengahan September 2013 silam. Karena itu, pembangunan shelter bagi pengungsi dilakukan secara bertahap.
"Komitmen ACT bekerja secara tuntas," tegasnya seraya menyatakan pihaknya terus berupaya mengetuk kepedulian semua masyarakat dalam penanganan bencana.
"Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang mampu secara bersama-sama masyarakat mampu menangani bencana dengan baik," tambahnya.