REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ingin menggelar kembali kompetisi Indonesia Super League (ISL) jelang Ramadhan ini. Namun sejumlah klub ISL menolak untuk mengikuti kompetisi itu.
Media Officer Barito, Deni Nizar dengan tegas mengatakan Barito menolak mengikuti kompetisi itu. Ia beralasan kompetisi itu tidak jelas tolok ukurnya.
Bagi Barito, kompetisi itu hanya sekadar kompetisi biasa yang tidak menghasilkan apapun, terutama prestasi. Jika Barito mengikuti kompetisi itu, prestasi klub dan pemain tidak ada yang mengakui. Apalagi peforma Barito belakangan semakin membaik setelah didukung pemain andal yang memperkuat timnas.
"Kalau kamii ikuti kompetisi itu, prestasi kami tidak akan diakui," ujar Deni Nizar kepada ROL, Ahad (7/6).
Menurutnya prestasi dalam dunia sepak bola akan diakui dunia ketika berada di bawah naungan FIFA. Sedangkan, di Indonesia perantara untuk pengakuan itu adalah PSSI. Padahal PSSI sudah dibekukan dan disanksi oleh FIFA.
Selain pengakuan prestasi yang diinginkan Barito. Deni Nizar juga mengungkapkan alasan yang sama dengan Persipura. Deni mengatakan konflik antara PSSI dengan Kemenpora sudah semakin serius. Sehingga dampaknya akan sangat besar jika Barito mengikuti kompetisi di bawah supervisi tim transisi.
Sampai kini Barito masih menjadi bagian dari PSSI. Saat Barito berbalik arah untuk mengikuti kompetisi di bawah supervisi Tim Transisi atau yang dibuat kemenpora. Maka, sanksi bisa saja dijatuhkan induk sepak bola Indonesia itu untuk Barito.
"Alasan kami sama dengan Persipura. Disanksi itu bisa jadi dampak yang besar bagi Barito," kata Deni.