REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam diminta menjaga nilai keislaman pada bulan suci Ramadhan. Itu dapat dimulai dengan menjaga hawa nafsu dari sikap konsumtif berlebihan.
Selain itu, diharapkan pemerintah bersama tokoh masyarakat, dan para ulama bersinergis melakukandorongan moral. Hal tersebut disampaikan Anwar Abbas Plt Ketua Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia kepada ROL, Senin (15/6).
Ia mengatakan, MUI berpesan tiga hal dalam menjalankan aktivitas, ibadah, dan kebijakan pada bulan Ramadhan.
Pertama, mengharapkan agar kaum Muslimin menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Sebab, sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena didorong oleh keimanan dan keikhlasan untuk beribadah kepada Allah, akan diampunilah oleh Allah dosa-dosanya terdahulu.
Kedua, diharapkan kaum Muslimin bisa mengendalikan hawa nafsunya, terutama nafsu konsumsinya. Sebab, fenomena yang ada menunjukkan sebagian besar muslim telah berhasil menahan untuk tidak makan dan minum pada siang hari.
Karena itu, semestinya tingkat konsumsi umat Islam pada bulan puasa menurun 33 persen. Sebab, pada saat Ramadhan makan tiga kali sehari berkurang menjadi dua kali.
"Tapi anehnya tingkat konsumsi umat islam meningkat di bulan puasa. Ini merupakan indikasi kemampuan umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsunya masih lemah," kata Anwar yang juga Bendahara PP Muhammadiyah.
Dengan demikian, Anwar menyampaikan pesan ketiga, yakni agar pemerintah bersama tokoh masyarakat dan ulama agar bersinergis melakukan dorongan moral. Upaya itu agar umat Islam dapat menjaga perilaku konsumsinya untuk selalu bersikap sederhana dan tidak berlebihan berlebih. "Karena Allah tidak suka hal demikian," katanya.