REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Ketua Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak-anak di bulan Ramadhan lebih mudah ketimbang bulan-bulan biasa. Ini karena, situasi Ramadhan sangat mendukung upaya tersebut.
"Pertama, di bulan puasa anak-anak terkondisikan untuk makan bersama dengan orang tua dan anggota keluarga sehingga terciptalah suasana keakraban dan keagamaan yang cukup kental,"kata Plt Ketua Bidang Pendidikan MUI Anwar Abbas kepada Republik, Ahad (21/6).
Anwar mengatakan, saat Ramadhan anak-anak makan bersama keluarga sebelum beribadah puasa (sahur) dan akan mengakhiri puasa (berbuka). Kesempatan itulah yang dapat digunakan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai keislamam. Sebab, Keadaan seperti tidak mudah melakukannya bulan-bulan biasa.
"Momen seperti ini tentu saja sangat berharga karena bisa menjadi instrumen bagi kita dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada sang anak baik secara langsung atau tidak,"ujar Anwar yang juga mantan Ketua Bidang Pemberdayan Umat MUI.
Anwar menerangkan, hal Kedua yakni dengan adanya shalat tarawieh anak cukup banyak datang ke masjid untuk mengikuti shalat berjamaah. Tentunya, kita semua melihat mereka dengan riang gembira ikut shalat bersama orang dewasa.
Dengan demikian, hal tersebut tentu akan sangat besar manfaatnya bagi perkembangan jiwa dan sikap keagamaan anak. Anwar mengimbau agar para orangtua menjaga dan mengembangkan nilai-nilai agama yang sudah tertanam dan didapatkan oleh anak selama bulan puasa di bulan berikutnya.
"Sehingga anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak baik yang melaksanakan semua perintah agamanya dan menjauhi semua larangannya,"ungkap Bendahara Umum PP Muhamadiyah itu.
Anwar menambahkan, dalam kontek kehidupan kebangsaan hal tersebut jelas sangat diperlukan, Sebab, yang masyarakat inginkan dari pembangunan yang diselenggarakan, anak-anak bangsa Indonesia tidak hanya maju dalam bidang material tetapi juga dalam bidang akhlak, moral,dan spiritualnya.