REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan merupakan momentum untuk memperbanyak amal saleh. Karena setiap amal perbuatan baik di bulan ini akan dilipat gandakan.
Rasulullah SAW bersabda, "setiap amal anak Adam dilipatgandakan; setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa sampai tujuh ratus kali. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya…” (HR. Muslim, An-Nasai, Ad-Darimi, dan Al-Baihaqi)
Karena itu, di bulan penuh hikmah ini, kesalehan sosial merupakan amalan yang tepat untuk ditingkatkan.
"Kesalehan sosial itu kesalehan yang berdimensi horizontal, sosial dan kemanusiaan. Munculnya istilah kesalehan sosial sebenarnya sebagai kritik atas mereka yang bangga dengan kesalehan pribadi," ujar Wakil Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pengurus Pusat Muhammadiyah Ma'mun Murod, Jumat Kemarin.
Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta ini menjelaskan, tidak sepantasnya seseorang menganggap dirinya saleh kalau sudah bisa shalat lima waktu, puasa senin kamis, dan shalat malam. Hal tersebut tidaklah cukup menurutnya.
"Mereka yang bangga dengan peribadatan yang ritualistik dan simbolik vertikal. Tapi abai untuk menghadirkan yang ritualistik dan simbolik tersebut di ranah sosial dan kemanusiaan. Seakan sudah selesai keberislamannya ketika sudah jadi saleh pribadi," imbuhnya.