REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, solidaritas antar umat Islam masih perlu ditingkatkan. Menurutnya, masih banyak kasus-kasus pergesekan yang mengarah pada konflik kelompok masyarakat hanya karena masalah perbedaan organisasi dan mazhab yang tak jarang mengarah pada permusuhan.
Niam melanjutkan, pengalaman puasa dapat membangkitkan empati dan solidaritas sosial. Oleh sebab itu, Ramadhan merupakan momen untuk memperteguh titik persamaan dan meminimalisir segala perbedaan.
“Solusinya adalah memperteguh titik persamaan untuk kebersamaan, silaturahmi ditingkatkan, ruang perbedaan diminimalisir serta tidak mengeksploitasi perbedaan yang bisa melahirkan konflik,” kata Niam kepada Republika, Rabu (24/6)
Menurut Niam, orang berpuasa akan bisa merasakan secara langsung penderitaan yang mungkin dirasakan orang-orang yang kurang beruntung setiap harinya, yang salah satunya adalah menahan lapar dan haus. Maka, dengan dengan pengalaman dan merasakan langsung, akan timbul sensitifitas.
“Artinya, pengalaman dan merasakan langsung bisa jadi cara efektif. Bahasa yang lainnya adalah tenggang rasa, jadi saya kalau dicubit terasa sakit maka gak akan mencubit. Saya tidak mau menyakiti orang lain karena saya juga gak mau disakiti, sehingga tercipta perdamaian,” tambah Niam.