Kamis 25 Jun 2015 09:43 WIB

Umat Islam di Indonesia Sangat Solider

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah umat Islam memanjatkan doa saat zikir nasional di Masjid At Tin, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Sejumlah umat Islam memanjatkan doa saat zikir nasional di Masjid At Tin, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persis, Maman Abdurahman mengatakan, secara komprehensif, mestinya kaum Muslim banyak beramal shalih membangun kesalehan sosial untuk memecahkan persoalan-persoalan keumatan. Ia menyoroti masalah pendidikan di Indonesia, yang menurutnya belum dapat diandalkan.

Maman menilai perlunya menyiapkan lembaga pendidikan berkualitas dan mendidik SDM yang nantinya berkiprah akan di sana. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan ini, kemudian dibarengi dengan menyatukan atau mengkonsolidasikan lembaga-lembaga pendidikan.

Menurutnya, umat Islam di Indonesia sudah sangat solider, bahkan terlalu solider. Umat Islam menghargai semua pemeluk agama lain, meski jumlah penganut agama itu hanya 0,6 persen di Indonesia.

“Kalau dilihat dari tingkat solidaritas, puncak solidaritas itu ada di Indonesia, dibandingkan negara manapun di dunia,” kata Maman. Ormas-ormas Islam di Indonesia juga sering berkumpul bersama-sama untuk memecahkan persoalan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Menurutnya, di kalangan internal umat Islam memang kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat. Tapi, itu tidak perlu terlalu dipersoalkan selama perbedaan pendapat hanya menyangkut urusan-urusan khilafiyah. Ketika sudah menyangkut hal-hal pokok aqidah, baru Islam bersikap tegas.

Untuk menggalang solidaritas umat Islam, Maman menguraikan ada beberapa langkah. Pertama-tama, kita harus berpikir bahwa pada dasarnya umat Islam itu satu, ummatan wahidatan. Selanjutnya, setiap Muslim perlu membangun persaudaraan (ukhuwah islamiyah) dan saling menghargai antar ormas.

Segala hal yang berbeda harus dimusyawarahkan. Muslim perlu bekerjasama dan tolong menolong untuk memecahkan persoalan bersama. “Seperti kisah Muhajirin dan Anshar, yang pertama dilakukan Rasul adalah menjalin persaudaraan antar kaum, kemudian menggalang persatuan umat untuk bersama-sama berjihad di jalan Allah,” kata Maman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement