REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa saham Cina kini mengalami penurunan drastis dipicu dari kekhawatiran mengalami bubble atau gelembung ekonomi. Pengamat ekonomi Reza Priyambada menyatakan penurunan tersebut disebabkan oleh faktor internal negara tersebut.
"Ada beberapa faktor internal yang mungkin mempengaruhi pelaku bursa saham di sana," kata Reza kepada ROL, Rabu (8/7).
Ia menyatakan para pelaku bursa saham Cina sedang mengalami keraguan terhadap program pemerintahan Cina. Pemerintah nampaknya belum jelas akan mengambil tindakan seperti apa terkait menyikapi pelemahan ekonomi di Cina.
Reza menyatakan, sikap pemerintah Cina tersebut sangat berdampak pada pergerakan bursa saham di negaranya. "Ya ibaratnya mereka pelaku pasar juga belum tahu mau ngapain sih pemerintahnya untuk menangani keterlambatan ekonomi itu," ungkap Reza.
Terkait hal tersebut, kebanyakan dari pelaku pasar diperkirakan sedang memikirkan apakah pemerintah akan mengetatkan atau melonggarkan kebijakan moneter di Cina. Reza berpendapat, hal tersebut dipengaruhi karena belum lama juga Cina sudah menurunkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 4,85 persen.
Diketahui, bursa saham Cina pada awal 2015 pernah mengalami penguatan karena didukung dari indeks Shanghai, Hongkong, dan Shenhzen. Namun kini saham tersebut merosot tajam sebanyak 30 persen dari level tertingginya.