Selasa 14 Jul 2015 08:30 WIB

BRI: Pinjaman CDB Dalam Pembahasan Tingkat Suku Bunga

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana pelayanan di salah satu kantor Bank BRI, Jakarta, Selasa (18/3).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Suasana pelayanan di salah satu kantor Bank BRI, Jakarta, Selasa (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia segera mendapat pinjaman dari Bank Pembangunan Cina (CDB) sebesar 1 miliar dolar AS. CDB mengucurkan pinjaman kepada BRI, BNI dan Bank Mandiri dengan nominal sama untuk mendanai proyek-proyek infrastuktur nasional.

Direktur Keuangan dan Treasury Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, CDB sudah berkomitmen memberikan pinjaman kepada BRI senilai 1 miliar dolar AS dengan tenor 3, 5 dan 10 tahun. Namun, tingkat suku bunga pinjaman masih dalam pembicaraan dan belum ada kesepakatan. Diharapkan, pembicaraan tersebut selesai dalam bulan Juli.

"Jadi rate-nya ketiga bank sama, tapi proyeknya beda-beda," ujar Haru kepada wartawan di gedung BRI Jakarta, Senin (13/7).

Dia berharap, CDB menggunakan acuan London Interbank Offered Rate (Libor) dalam menetapkan tingkat suku bunga pinjaman. Jika tenornya 5 tahun berdasarkan suku bunga pasar (Libor), suku bunganya ditambah sekitar 200 basis poin.

Haru mengatakan, pinjaman tersebut akan dikucurkan dalam bentuk mata uang dolar AS dan renminbi. Masing-masing 70 persen dalam bentuk dolar AS, dan 30 persen renminbi. Transaksi tersebut akan di-swap oleh Bank Indonesia baik untuk dolar AS atau renminbi.

Nantinya, BRI akan mendanai proyek pembangunan rel kereta dari stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta. Proyek senilai Rp 2,5 triliun tersebut akan dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero).

"Kalau yang akan diajukan BRI, rail train yang bareng Adikarya. Semua akan ikut, cuma lead-nya akan gantian," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement