REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta agar penetapan 1 Syawal 1436 hijriah tidak dijadikan bahan perdebatan di kalangan alim ulama, tetapi dicarikan solusi pemecahan yang baik.
"Kami meminta penentuan 1 Syawal 1436 hijriah tidak menjadi perdebatan di kalangan ulama, sebab penentuan itu sama-sama baik, dari Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah, akan sepakat bersama dengan pemerintah dengan terlebih dahulu melakukan rukyatul hilal," kata Ketua MUI NTT H Abdul Kadir Makarim, di Kupang, Selasa (14/7).
Menurut dia, meskipun penetapan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 2015 berpotensi berbeda antara organisasi kemasyarakatan Islam yang satu dengan yang lain maupun dengan pemerintah, tetap saja harus menunggu hasil rukyatul hilal.
Hasil rukyatul hilal atau melihat posisi bulan di atas ketingggian menjelang sore itulah yang akan dibawa ke sidang Isbat untuk dibahas oleh peserta sidang lalu menetapkan hari Idul Fitri 2015.
Ia mengatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah menegaskan bahwa apabila bulan atau hilal tidak terlihat karena tertutup awan selepas Maghrib 16 Juli 2015 maka penetapan hari Idul Fitri 2015 akan dibahas secara mendalam oleh peserta sidang isbat.
"Tapi kalau tertutup awan, mendung tebal dan tidak bisa dilihat hilalnya maka ini yang akan dibicarakan oleh para peserta sidang," kata dia mengutip Menag Lukman lewat keterangan tertulisnya.
Berdasarkan perhitungan astronomi atau hisab, kata dia, hilal akan ada di atas dua derajat dari cakrawala dan memungkinkan terlihat oleh mata. Kendalanya hanya cuaca yang bisa menghalangi pandangan mata untuk menyaksikannya. Jika itu terjadi maka puasa digenapkan menjadi 30 hari atau Lebaran jatuh pada 18 Juli.
Sebelumnya Muhammadiyah telah memutuskan bahwa tanggal 1 Syawal 1436 H jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015. Dengan demikian bulan Ramadhan tahun ini hanya 29 hari menurut ormas itu.
Sementara NU, seperti biasanya, mendasarkan penetapan 1 Syawal pada rukyatul hilal, sehingga meski di dalam penanggalan NU berdasar hitungan 1 Syawal 1436 H jatuh pada 17 Juli, namun tidak serta merta tanggal itu ditetapkan sebagai hari Idul Fitri.
Tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal. Di Indonesia, perbedaan Hari Raya Idul Fitri sudah beberapa kali terjadi, namun tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.