REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. DR. Din Syamsuddin, mengharapkan jika terjadi perbedaan penetapan 1 Syawal 1436 H tidak menjadi pemicu perpecahan umat. Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri jatuh pada tanggal 17 Juli 2015.
"Jika belum sepakat sampai sekarang, biarkan itu menjadi ranah toleransi," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah saat pembukaan acara Colloquium Astronomy Indonesia di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (14/7).
Perbedaan penetapan Idul Fitri di Indonesia tiap tahunnya selalu menjadi perdebatan. Sering kali perbedaan ini menjadi ranah sesama umat Islam saling menyalahkan. Padahal, permasalahan perbedaan penetapan tanggal Islam sepanjang tahun sering kali berbeda.
"Bagi yang idul fitri yang 17 Juli tidak perlu menghina orang yang beridul Fitri nanti," kata Prof. DR. Din Syamsuddin.
Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menghimbau agar tidak ada saling mencemooh karena perbedaan. Jangan ada perilaku saling menyalahkan karena salah satu berlebaran lebih dahulu atau justru masih melakukan ibadah puasa ketika ada yang sudah berlebaran.
Ia meminta umat Islam saling menghargai atas keputusan jika terjadi perbedaan, termasuk dalam penentuan Idul Fitri. Kebersamaan tidak harus seragam, rasa toleransi antar umat Islam lebih penting daripada memperdebatkan perbedaan-perbedaan yang terjadi.
Masyarakat Indonesia diminta lebih bersikap dewasa atas perbedaan yang nanti akan dilahirkan. Keputusan yang berbeda memiliki landasan masing-masing sehingga tidak bisa saling menjatuhkan.