REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Dr Kh Ahmad Satori Ismail menilai ada dua penyebab ketidakteraturan pengelolaan zakat.
Sebagian muzakki belum memahami urgensi berzakat melalui lembaga, sementara yang lain memiliki ketidakpercayaan terhadap lembaga amil zakat.
“Masih banyak orang yang kurang mengerti urgensi mengeluarkan zakat melalui lembaga,” ungkap Ahmad Satori kepada Republika, Senin (13/7).
Ia menyoroti kasus pembagian zakat yang dilakukan secara massal kepada warga. Menurut Satori, muzakki seharusnya lebih arif di dalam membagikan zakat dan memahami urgensi membagikan zakat melalui lembaga amil. Pembagian zakat sebaiknya diantarkan langsung ke rumah penerima oleh amil.
Selain memaksimalkan pemanfaatan zakat, pembagian zakat lewat amil juga menjaga harkat penerima zakat. Para penerima manfaat tidak dilihat oleh orang banyak ketika menerima zakat. Satori menyatakan, hal itu akan menanamkan harga diri pada umat.
Selain kurang mengerti, sambung Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, boleh jadi ada orang-orang yang mungkin kurang percaya terhadap lembaga zakat tersebut.
Menurut dia, inilah tantangan lembaga amil zakat (LAZ) dan badan amil zakat (BAZ) pada masa yang akan datang. Lembaga amil zakat harus menampakkan kredibilitas dan amanahnya sehingga muzakki percaya dengan peran mereka.
Lebih-lebih, kata dia, bila badan amil zakat itu aktivitasnya sangat dirasakan oleh fakir miskin dan sangat tampak dalam meningkatkan ekonomi umat.
Satori mengungkapkan, kalau kredibilitas LAZ sudah jelas dan testimoni menyebar ke mana-mana, umat akan mudah percaya. ''Pemanfaatan zakat, infaq, dan sedekah dapat dimaksimalkan untuk kemashlahatan umat,'' ujarnya menambahkan.