Senin 27 Jul 2015 17:57 WIB

BKPM Yakin Pelemahan Rupiah tak Ganggu Investor Asing

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Satya Festiani
(dari kiri) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani (kiri) didampingi Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubis menggelar keterangan pers realisasi investasi Triwulan II Tahun 2015 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (27/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
(dari kiri) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani (kiri) didampingi Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubis menggelar keterangan pers realisasi investasi Triwulan II Tahun 2015 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memandang, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan mengganggu keinginan para investor asing untuk mengucurkan modalnya.

Dengan melemahnya rupiah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menilai hal tersebut dapat menjadi peluang bagi investor asing menanamkan modalnya lebih murah dari sebelumnya.

"Kami lihat investasi Indonesia jadi lebih murah," katanya saat Konferensi Pers di Kantor BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (27/7).

Ia mencontohkan, ada investor Jepang yang membuat sirkuit mobil dimana 90 bahan bakunya didapat dari dalam negeri dan produk tersebut 76 persen di ekspor.

Maka dari itu, ia menegaskan Indonssia tetap menjadi pasar yang menarik bagi investasi yang produksi barang orientasi ekspor tapi gunakan komponen dalam negeri.

"Kalau komponennya bisa ditingkatkan kelokalannya, itu jadi makin bagus," lanjutnya.

Terkait nilai tukar rupiah yang melemah, ia mengharapkan dengan kebijakan pemerintah terutama Peraturan Bank Indonesia (PBI) soal kewajiban penggunaan rupiah, dapat mengurangi fluktuasi.

Selain itu, dengan adanya TKDN, ia katakan akan meningkatkan kandungan lokal dan mereduksi kebutuhan impor. Dengan hal tersebut, ia mengatakan jumlah devisa akan bertambah dan akan menambah stok sehingga fluktuasi berkurang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement