REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kementerian Perhubungan mengharapkan seribu bus besar Bus Rapid Transit (BRT) yang diproduksi di tujuh perusahaan karoseri dapat beroperasi paling lambat awal triwulan kedua 2016.
"Saat ini proses pengadaan telah masuk tahap proses produksi dan direncanakan pengerjaan akan selesai paling lambat Desember tahun ini," ujar Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Djoko Sasono saat peresmian perakitan produksi 1.000 unit BRT di Pabrik Karoseri Laksana, Ungaran, Jawa Tengah, Rabu (29/7).
Terkait pendanaan, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, pendanaan program pengadaan 3.000 unit bus ini berasal dari pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah ke pembangunan infrastruktur, antara lain pembangunan infrastruktur bidang perhubungan dengan melakukan pengadaan 1.000 unit bus besar pada tahun anggaran 2015 yang akan dilanjutkan dengan pengadaan 2000 unit bus pada 2016 sampai 2019 mendatang.
Pengadaan 1.000 unit bus pada tahun anggaran 2015 ini, ia katakan, dilaksanakan melalui sistem e-catalog. Kemenhub telah menunjuk tujuh perusahaan karoseri dengan pelaksana pekerjaan terbanyak adalah CV dalam proses produksinya.
Laksana dengan kapasitas produksi terbesar diberikan amanah lebih banyak dengan memproduksi sebanyak 350 unit bus. Enam perusahaan karoseri lainnya terdiri atas Perusahaan Karoseri Rahayu Sentosa sebanyak 200 unit bus, Perusahaan Karoseri Tentrem sebanyak 150 unit bus, Perusahaan Karoseri New Armada sebanyak 100 unit bus, Perusahaan Karoseri Trisakti sebanyak 100 unit bus, Perusahaan Karoseri Restu Ibu Pusaka sebanyak 50 unit bus, dan Perusahaan Karoseri Piala Mas sebanyak 50 unit bus. Untuk pengadaan 2000 unit bus sisanya, akan dilakukan pada tahun anggaran 2016 hingga 2019.
"Pemerintah melalui Kemenhub direncanakan akan melaksanakan pengadaan bus sebanyak 500 unit setiap tahunnya," ujar dia.