Senin 03 Aug 2015 10:17 WIB

AS dan Mesir Lanjutkan Dialog Strategis

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ilham
John Kerry, Menlu AS
Foto: Telegraph
John Kerry, Menlu AS

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Amerika Serikat memulai kembali pembicaraan keamanan formal dengan Mesir di Kairo, Ahad (2/8). Pembicaraan tertunda hingga enam tahun karena ketidakstabilan politik di Mesir dan Arab Spring.

AS diwakili oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry sementara Mesir oleh Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry. Kerry mengatakan, kedua negara sedang memperkuat basis bilateral di tengah ketegangan dan konsen hak asasi manusia.

"Mesir adalah negara penting untuk menguatkan dan menstabilkan wilayah secara sekeluruhan," kata Kerry dikutip Aljazeera. Dialog Strategis dengan Mesir ini pertama kali digelar pada 2009.

Hubungan AS-Mesir mendingin setelah Presiden Mohamed Morsi digulingkan pada 2013 oleh militer. Kerry mengatakan, pemerintah AS tetap berkomitmen bekerjasama dengan Mesir untuk memperkuat kekuatan militernya dalam operasi melawan ekstrimis.

Dua hari lalu, AS mengirimkan delapan jet tempur F-16 ke Mesir sebagai bagian dari paket bantuan militer. Pemerintah AS ingin membantu Mesir seiring dengan peningkatan ancaman dari teroris. Selama ini, bantuan dihentikan karena Mesir dianggap melanggar HAM dan demokrasi dalam kudeta menyerang Morsi.

Selain jet, AS juga menyediakan helikopter Apache, perahu tempur, kendaraan bersenjata dan sistem senjata lainnya. Secara bersamaan, AS mendesak Mesir untuk lebih peduli pada HAM. Selama ini, Mesir sering menangkap jurnalis dan menjatuhkan hukuman mati.

Shoukry menegaskan bahwa tidak ada jurnalis yang ditahan karena melakukan pekerjaannya. Melainkan, mereka melakukan atau mendukung tindak terorisme dan kesalahan lain yang bertentangan dengan prinsip pemerintahan. Shoukry berkomitmen bahwa Mesir akan meningkatkan kondisi HAM-nya.

Setelah dialog strategis dengan pemerintah Mesir, Kerry akan bertemu dengan Mohammed Soltan, warga Mesir-Amerika yang divonis penjara seumur hidup karena mendanai gerakan anti pemerintah dan menyebar berita yang salah. Kerry juga bertemu Presiden Abdel Fattah el Sisi.

Setelah Mesir, Kerry akan langsung terbang ke Qatar. Ia akan menghadiri diskusi dengan menteri-menteri luar negeri dari Teluk Arab untuk kesepakan Iran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement